JAKARTA —
Menurut Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, selain impor beberapa komoditas, pemerintah juga aktif melakukan operasi pasar sehingga mampu menekan kenaikan harga.
Meskipun demikian, seorang pedagang kebutuhan pangan, Parmi, mengatakan kepada VOA bahwa hanya dua komoditas yang mengalami penurunan harga yaitu ayam potong dan cabai. Harga daging sapi menurut Parmi masih tinggi. Menurutnya harga daging sapi turun hanya terjadi saat operasi pasar dilakukan pemerintah namun di pasar-pasar umum harga daging tetap tinggi.
Terkait dengan membanjirnya daging impor di pasar-pasar, menurutnya kurang diminati masyarakat karena kualitas daging impor dinilai masih dibawah daging lokal. Ia berharap bukan daging impor yang diperbanyak pemerintah, melainkan sapi potong karena masyarakat lebih menyukai daging dalam kondisi segar.
“Yang turun ayam, cabai keriting, apa lagi, bawang ya masih nanjak, apa udah cuma dua, bayam, kangkung ya masih nanjak, daging dari sana seratus (Rp 100 ribu per kilogram), nggak bawa impor sih, bawanya lokal, impor orangnya nggak pada mau, ‘ini daging apa, daging impor, ah nggak ah’, soalnya daging impor itu sudah berlama-lama di freezer katanya sih," kata Parmi. "Kalau impor sekilo katanya 90 (Rp 90 ribu per kilogram). Kadang-kadang ya untung, kadang-kadang ya biasa, sedapatnya duitlah gitu," tambahnya.
Sebelumnya Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan mengatakan dengan didatangkannya daging sapi dari Australia, harga saat ini turun dan mulai terjangkau masyarakat. Meski demikian ditambahkan Menteri Gita Wirjawan, harga daging sapi belum sesuai harapan pemerintah dan pemerintah masih akan terus berupaya mengembalikan harga daging sapi perti harga tahun lalu.
“Kita juga melakukan pasar murah, operasi pasar. Ini cukup membantu dan kelihatan empat hari terakhir harga daging sapi sudah mulai turun dari yang harganya tadinya Rp 90 ribu sekarang Rp 85 ribu, tapi masih di atas rata-rata yang kita inginkan," kata Mendag Gita Wirjawan. "Kita 'kan ingin untuk rata-rata harga daging sapi ini sama dengan tahun lalu yaitu Rp 76 ribu. Ini perlu proses, prosesnya ini karena pemasokannya perlu waktu,” lanjutnya.
Pada kesempatan berbeda, Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisna Murthi menjelaskan, tahun ini pemerintah akan impor bawang dan cabai dalam jumlah besar. Langkah tersebut dilakukan karena pemerintah tidak ingin berspekulasi dengan perubahan iklim yang terjadi secara ekstrim sehingga berpotensi menganggu stok berbagai komoditas terutama bawang dan cabai. Namun ia berjanji tidak akan membuat petani dalam negeri merugi.
“Dialokasikan untuk impor, untuk cabai 9.715 ton, kemudian bawang merah 16.781 ton, akan kita atur dan memastikan pada saat musim panen maka pemasukan itu akan dihentikan, ini adalah untuk menambah pasokan yang kurang,” jelas Bayu Krisna Murthi.
Jika sebelumnya Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan Badan Intelijen Negara atau BIN untuk memantau keberadaan para spekulan yang mengakibatkan harga-harga naik, kerjasama juga dilakukan dengan TNI Angkatan Darat. TNI Angkatan Darat akan dilibatkan menjaga kelancaran distribusi bahan pangan hingga ke daerah-daerah. Kepala Staf Angkatan Darat, Letjen TNI Moeldoko menegaskan, TNI siap membantu hingga waktu dan jumlah personel yang dibutuhkan pemerintah.
“Pasti ya, kita sudah koordinasikan, kita sudah komunikasikan nanti semuanya pada posisi siaga siap membantu kapan pun dan dalam kekuatan berapapun,” kata KSAD, Letjen TNI Moeldoko.
Meskipun demikian, seorang pedagang kebutuhan pangan, Parmi, mengatakan kepada VOA bahwa hanya dua komoditas yang mengalami penurunan harga yaitu ayam potong dan cabai. Harga daging sapi menurut Parmi masih tinggi. Menurutnya harga daging sapi turun hanya terjadi saat operasi pasar dilakukan pemerintah namun di pasar-pasar umum harga daging tetap tinggi.
Terkait dengan membanjirnya daging impor di pasar-pasar, menurutnya kurang diminati masyarakat karena kualitas daging impor dinilai masih dibawah daging lokal. Ia berharap bukan daging impor yang diperbanyak pemerintah, melainkan sapi potong karena masyarakat lebih menyukai daging dalam kondisi segar.
“Yang turun ayam, cabai keriting, apa lagi, bawang ya masih nanjak, apa udah cuma dua, bayam, kangkung ya masih nanjak, daging dari sana seratus (Rp 100 ribu per kilogram), nggak bawa impor sih, bawanya lokal, impor orangnya nggak pada mau, ‘ini daging apa, daging impor, ah nggak ah’, soalnya daging impor itu sudah berlama-lama di freezer katanya sih," kata Parmi. "Kalau impor sekilo katanya 90 (Rp 90 ribu per kilogram). Kadang-kadang ya untung, kadang-kadang ya biasa, sedapatnya duitlah gitu," tambahnya.
Sebelumnya Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan mengatakan dengan didatangkannya daging sapi dari Australia, harga saat ini turun dan mulai terjangkau masyarakat. Meski demikian ditambahkan Menteri Gita Wirjawan, harga daging sapi belum sesuai harapan pemerintah dan pemerintah masih akan terus berupaya mengembalikan harga daging sapi perti harga tahun lalu.
“Kita juga melakukan pasar murah, operasi pasar. Ini cukup membantu dan kelihatan empat hari terakhir harga daging sapi sudah mulai turun dari yang harganya tadinya Rp 90 ribu sekarang Rp 85 ribu, tapi masih di atas rata-rata yang kita inginkan," kata Mendag Gita Wirjawan. "Kita 'kan ingin untuk rata-rata harga daging sapi ini sama dengan tahun lalu yaitu Rp 76 ribu. Ini perlu proses, prosesnya ini karena pemasokannya perlu waktu,” lanjutnya.
Pada kesempatan berbeda, Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisna Murthi menjelaskan, tahun ini pemerintah akan impor bawang dan cabai dalam jumlah besar. Langkah tersebut dilakukan karena pemerintah tidak ingin berspekulasi dengan perubahan iklim yang terjadi secara ekstrim sehingga berpotensi menganggu stok berbagai komoditas terutama bawang dan cabai. Namun ia berjanji tidak akan membuat petani dalam negeri merugi.
“Dialokasikan untuk impor, untuk cabai 9.715 ton, kemudian bawang merah 16.781 ton, akan kita atur dan memastikan pada saat musim panen maka pemasukan itu akan dihentikan, ini adalah untuk menambah pasokan yang kurang,” jelas Bayu Krisna Murthi.
Jika sebelumnya Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan Badan Intelijen Negara atau BIN untuk memantau keberadaan para spekulan yang mengakibatkan harga-harga naik, kerjasama juga dilakukan dengan TNI Angkatan Darat. TNI Angkatan Darat akan dilibatkan menjaga kelancaran distribusi bahan pangan hingga ke daerah-daerah. Kepala Staf Angkatan Darat, Letjen TNI Moeldoko menegaskan, TNI siap membantu hingga waktu dan jumlah personel yang dibutuhkan pemerintah.
“Pasti ya, kita sudah koordinasikan, kita sudah komunikasikan nanti semuanya pada posisi siaga siap membantu kapan pun dan dalam kekuatan berapapun,” kata KSAD, Letjen TNI Moeldoko.