JAKARTA —
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan pihaknya akan berupaya menstabilkan harga dan menjaga stok daging sapi agar cukup untuk konsumen selama bulan Ramadhan yang jatuh pada Juli.
“Kita akan turunkan harga. Saya sih berkeinginan untuk ini nggak jauh beda dengan harga rata-rata tahun lalu sekitar Rp 75 ribu-Rp 76 ribu (per kilogram). Sekarang masih di atas Rp 90 ribu (per kilogram). Dengan penyikapan-penyikapan yang sudah dan akan dilakukan dalam waktu dekat, kita berharap ini akan bisa menurunkan harga dalam waktu dekat,” ujarnya di kantornya, Jumat (24/5).
Harga daging sapi di pasar saat ini sekitar Rp 110 ribu per kilogram.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan jika harga daging sapi terus naik, pemerintah akan lakukan operasi pasar untuk meredam harga. Dalam operasi pasar tersebut, ujarnya, pemerintah akan menjual daging impor sehingga kebijakan impor kembali diberlakukan setelah sejak awal 2013 dilarang sementara karena stok cukup.
“Volumenya sampai saat ini masih dibahas jadi belum definitif. Yang jelas kita harapkan mudah-mudahan harga bisa turun sekitar 10 ribulah dari yang sekarang ini. Tentu saja arah untuk operasi pasar kemungkinannya akan dipasok, tentu dari impor,” ujar Suswono kepada wartawan di kantornya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia, Thomas Sembiring menilai, selama pemerintah memaksakan diri untuk mencapai target swasembada daging sapi, stok dan harga daging di dalam negeri akan terus bergejolak.
Menurutnya, selama ini pemerintah terlampau berambisi mencapai swasembada daging sapi, diantaranya dengan mengeluarkan kebijakan menghentikan sementara impor daging sapi.
Padahal, ujar Thomas, kebutuhan daging nasional belum mampu tercukupi jika hanya mengandalkan stok daging lokal. Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia, ditambahkannya bukan tidak mendukung program pemerintah terkait sewasembada daging, namun saat ini sebaiknya pemerintah dan pihak-pihak terkait realistis dalam menilai kebutuhan daging serta ketersediaan stok di dalam negeri.
Indonesia, menurutnya, sampai saat ini masih butuh daging impor. Kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, ditambahkannya, membuat harga daging sulit stabil.
“Iyalah data menunjukan begitu, tapi lantaran pemerintah terlalu berambisi mencapai swasembada daging kelihatannya apapun dia tempuh,” ujarnya.
Data dari Kementerian Pertanian serta Kementerian Perdagangan menunjukkan kebutuhan daging nasional tahun ini sebesar 500 ribu ton, dan dari total kebutuhan tersebut pemerintah berencana impor sebesar 80 ribu ton.
Tahun lalu, pemerintah menurunkan kuota impor daging 80 ribu ton menjadi 35 ribu ton, dari kebutuhan nasional sekitar 450 ribu ton.
Sejak persoalan daging impor muncul tahun lalu, harga daging terus naik mulai dari sekitar Rp 45 ribu per kilogram hingga saat ini sekitar Rp 110 ribu per kilogram. Bahkan menjelang hari-hari besar seperti Ramadhan, Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru harga daging mencapai sekitar Rp 150 per kilogram.
“Kita akan turunkan harga. Saya sih berkeinginan untuk ini nggak jauh beda dengan harga rata-rata tahun lalu sekitar Rp 75 ribu-Rp 76 ribu (per kilogram). Sekarang masih di atas Rp 90 ribu (per kilogram). Dengan penyikapan-penyikapan yang sudah dan akan dilakukan dalam waktu dekat, kita berharap ini akan bisa menurunkan harga dalam waktu dekat,” ujarnya di kantornya, Jumat (24/5).
Harga daging sapi di pasar saat ini sekitar Rp 110 ribu per kilogram.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan jika harga daging sapi terus naik, pemerintah akan lakukan operasi pasar untuk meredam harga. Dalam operasi pasar tersebut, ujarnya, pemerintah akan menjual daging impor sehingga kebijakan impor kembali diberlakukan setelah sejak awal 2013 dilarang sementara karena stok cukup.
“Volumenya sampai saat ini masih dibahas jadi belum definitif. Yang jelas kita harapkan mudah-mudahan harga bisa turun sekitar 10 ribulah dari yang sekarang ini. Tentu saja arah untuk operasi pasar kemungkinannya akan dipasok, tentu dari impor,” ujar Suswono kepada wartawan di kantornya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia, Thomas Sembiring menilai, selama pemerintah memaksakan diri untuk mencapai target swasembada daging sapi, stok dan harga daging di dalam negeri akan terus bergejolak.
Menurutnya, selama ini pemerintah terlampau berambisi mencapai swasembada daging sapi, diantaranya dengan mengeluarkan kebijakan menghentikan sementara impor daging sapi.
Padahal, ujar Thomas, kebutuhan daging nasional belum mampu tercukupi jika hanya mengandalkan stok daging lokal. Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia, ditambahkannya bukan tidak mendukung program pemerintah terkait sewasembada daging, namun saat ini sebaiknya pemerintah dan pihak-pihak terkait realistis dalam menilai kebutuhan daging serta ketersediaan stok di dalam negeri.
Indonesia, menurutnya, sampai saat ini masih butuh daging impor. Kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, ditambahkannya, membuat harga daging sulit stabil.
“Iyalah data menunjukan begitu, tapi lantaran pemerintah terlalu berambisi mencapai swasembada daging kelihatannya apapun dia tempuh,” ujarnya.
Data dari Kementerian Pertanian serta Kementerian Perdagangan menunjukkan kebutuhan daging nasional tahun ini sebesar 500 ribu ton, dan dari total kebutuhan tersebut pemerintah berencana impor sebesar 80 ribu ton.
Tahun lalu, pemerintah menurunkan kuota impor daging 80 ribu ton menjadi 35 ribu ton, dari kebutuhan nasional sekitar 450 ribu ton.
Sejak persoalan daging impor muncul tahun lalu, harga daging terus naik mulai dari sekitar Rp 45 ribu per kilogram hingga saat ini sekitar Rp 110 ribu per kilogram. Bahkan menjelang hari-hari besar seperti Ramadhan, Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru harga daging mencapai sekitar Rp 150 per kilogram.