Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah tengah menyiapkan regulasi terkait dengan pemberian vaksin booster atau dosis ketiga COVID-19 baik secara berbayar maupun gratis kepada masyarakat. Menurutnya, kebijakan ini diambil untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan munculnya varian atau mutasi baru virus corona yang dapat menyebabkan gelombang ketiga dalam pandemi COVID-19.
“Bapak Presiden memberikan arahan bahwa ini akan dikalkulasikan secara lebih detail. Tentunya ini diperlukan untuk menahan terhadap apabila ada gelombang ketiga dan ini akan diperhitungkan sesuai dengan masyarakat yang divaksin apakah itu 50 atau 60 persen ini akan terus didorong. Sedangkan sisanya nanti akan didorong melalui vaksin berbayar,” ungkap Airlangga.
Ia menjelaskan untuk harga vaksin dan lainnya akan dimatangkan kembali. Vaksin berbayar ini, katanya, akan menyasar sebanyak 93,7 juta jiwa. Kemudian, setidaknya 87,4 juta jiwa yang terdaftar dalam penerima bantuan iuaran (PBI) di BPJS Kesehatan ditargetkan akan mendapatkan vaksin gratis dengan total kebutuhan 97,1 juta dosis.
Lanjutnya, vaksin booster ini juga dipersiapkan bagi kalangan anak yang berusia 12 tahun yang mencapai 4,4 juta anak, dengan estimasi kebutuhan vaksin sebanyak 9,9 juta dosis. Di sisi lain, vaksin berbasis iuran yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah sebanyak 27,2 juta atau dengan perkiraan 30,2 juta dosis vaksin. Ia pun mengatakan total ada sekitar 137,2 juta orang khusus untuk program vaksin.
Apakah Vaksin Booster COVID-19 Efektif?
Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan secara keilmuan memang vaksin booster atau dosis ketiga dibutuhkan. Hal ini mengingat berbagai varian atau mutasi baru virus corona disebut dapat menurunkan efikasi dari vaksin COVID-19 yang sudah ada pada saat ini.
Namun, ia menekankan pemberian booster kepada masyarakat umum pada tahun ini tidak mendesak. Idealnya adalah pada tahun depan, dan itupun harus memprioritaskan untuk kalangan masyarakat rentan seperti tenaga kesehatan, lansia dan yang mempunyai penyakit bawaan atau komorbid.
Lebih lanjut ia menjelaskan akan lebih baik jika vaksin booster itu diberikan kepada masyarakat umum apabila cakupan vaksinasi di sebuah negara sudah lebih dari 50 persen, dan total populasi dunia yang sudah menerima dosis pertama dan kedua mencapai 40 persen. Menurutnya, hal ini penting untuk mencegah munculnya varian baru pada negara yang cakupan vaksinasinya sangat rendah dibandingkan negara lain. Ia pun mencontohkan negara-negara di benua Afrika yang cakupan vaksinasi COVID-19 masih di bawah lima persen.
“Kalau bicara pandemi, bukan bicara satu negara apalagi satu wilayah, tetapi bicara dunia. Ketika ada negara atau wilayah di dunia yang vaksinasi bahkan yang setengahnya saja masih belum tercapai, ya itu berarti bahwa untuk dunia bisa mengundang adanya varian baru muncul. Nanti kejar-kejaran antara vaksin dengan virus jadi kalah vaksinnya dan ini yang akan menimbulkan banyak korban dan kerugian buat kita. Oleh karena itu jawabannya secara etika, secara strategi itu belum tepat. Kemudian, kapan tepatnya? Ketika setidaknya negara itu 50 persen plus sudah, dan secara total dunia ini setidaknya 40 persen,” ungkapnya kepada VOA.
Lalu, seberapa efektifkah pemberian dosis ketiga terhadap perebakan wabah virus corona ini? Dicky mengatakan bahwa setidaknya ada empat manfaat yang diharapkan tercipta dari pemberian vaksin booster tersebut yakni efektivitas dalam mencegah infeksi, efektivitas mencegah keparahan, efektivitas mencegah kematian, dan efektivitas mencegah penularan. Dari empat hal tersebut yang sudah terbukti adalah mencegah keparahan dan kematian. Namun, sayangnya belum bisa mencegah terkena infeksi dan penularan.
“Tapi untuk mencegah terinfeksi dan mencegah penularan masih belum sukses, ada tapi persentasinya tidak signifikan. Sehingga itulah sebabnya bicara herd immunity ya lama, karena kalau bicara hal itu harus ada vaksin yang bisa mencegah penularan. Kalau engga ya engga akan tercipta sebetulnya tercipta herd immunity itu, jadi tercapainya threshold-nya dulu. Oleh karena itu, maka efektivitas pemberian vaksin mau itu dosis ke satu, dua, tiga, empat dan selanjutnya, akan sangat bergantung pada kombinasi strategi kesehatan masyarakat yakni 3T dan 5M, dan pembatasan secara umum seperti PPKM ataupun pengetatan di pintu masuk Indonesia,” pungkasnya.