Memulai debut pertamanya di forum internasional, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri KTT Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (Asia Pacific Economic Cooperation/APEC) di China, KTT ASEAN di Nay Pyi Taw Myanmar dan KTT G20 di Brisbane Australia.
Berbicara di depan ratusan Chief Executive Officer (CEO) peserta APEC, Presiden Jokowi mempromosikan Indonesia sebagai tujuan investasi yang menjanjikan.
Sementara itu dalam forum KTT ASEAN, Presiden Jokowi menegaskan Indonesia tidak akan membiarkan dirinya menjadi pasar semata. Indonesia tegas Presiden, harus menjadi bagian dari rantai produksi regional dan global. Presiden juga mendesak adanya percepatan pembangunan infrastruktur dan konektifitas di negara ASEAN melalui implementasi Master Plan on ASEAN Conectivity .
Presiden optimis di masa mendatang Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga tujuh persen.
Pengusaha nasional, Sandiaga Uno kepada VOA Kamis (13/11) menyambut baik presentasi Presiden Jokowi di forum KTT APEC dan KTT ASEAN yang mempromosikan Indonesia sebagai ladang investasi. Namun demikian Sandiaga berpendapat Pemerintah harus bekerja ekstra keras dalam memangkas berbagai macam perijinan berinvestasi dan peningkatan infrastruktur.
"Siap ya, Inshaa Allah. Tantangan ini saya rasa harus dilakukan oleh semua pemangku kepentingan bukan hanya pengusaha tapi juga dari birokrasinya, dan maupun dari stake holder yang lain. Karena pertumbuhan tujuh persen itu hanya bisa dicapai kalau banyak sekali infrastruktur yang belum terbangun bisa di selesaikan," kata Sandiaga Uno.
"Juga dari segi birokrasi serta kemudahan iklim investasi yang lebih baik itu bisa terlaksana. Jadi saya cukup yakin dan mudah-mudahan tentunya Indonesia sebagai jangkar dari pertumbuhan ASEAN bisa bertumbuh lebih tinggi lagi dari level sekarang. Mungkin kalau kita lihat di 2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai tujuh persen," tambahnya.
Sandiaga Uno menyebut ada beberapa prasyarat yang harus segera direalisasikan Pemerintahan Jokowi–Jusuf Kalla agar Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi hingga tujuh persen.
"Pertama ruang fiskalnya mesti ditambah. Nah itu harus ada reformasi subsidi. Lalu pembangunan infrastruktur. Kemudian mendorong peningkatan dari pemberdayaan usaha mikro kecil menengah. Lalu reformasi sistim ketenaga kerjaan. Dan juga kalau kita lihat bagaimana caranya program-program yang lebih produktif bisa berjalan. Seperti pendidikan dan kesehatan," jelas Uno.
Sandiaga Uno juga menekankan pentingnya pemerataan ekonomi di semua wilayah Indonesia, diantaranya dengan mendorong usaha mikro kecil menengah bisa lebih berkembang.
Sementara itu, seputar kesiapan Indonesia dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015, Guru besar Fakultas Ekonomi UGM Mundrajat kepada VOA menegaskan, Indonesia harus siap menghadapi itu.
"Siap atau tidak siap harus siap. Kalau kita bicara masyarakat ekonomi ASEAN itu kan ada 5 hal yang akan diliberalkan. Produk, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja yang terdidik. Kita bisa jadi pemain atau penonton ? Karena kalau kita bicara penduduk, 40 persen ASEAN itu adalah Indonesia. Artinya market size nya sangat potensial. Dipertimbangkan oleh para investor itu adalah market size dan market growth," kata Mundrajat.
Meski demikian, Mundrajat berharap agar Pemerintahan Jokowi – JK lebih mengedepankan kepentingan nasional dalam menarik investor ke Indonesia. "Peranan modal asing makin lama makin meningkat di negeri ini. Kalau kita bicara tambang sekitar 70 persen pemainnya asing. Kita bicara Perbankan sekitar 50 hingga 55 persen itu asing," lanjut Mundrajat.
"Bicara pasar modal juga gitu 50 – 60 persen dikuasai asing. Nah yang perlu kita jaga adalah agar kepentingan nasional itu nomor 1. Yang dikatakan pak Jokowi itu betul. National Interest itu menjadi prioritas dalam perdagangan, industri maupun investasi," tegasnya.
Presiden Jokowi dalam penyampaian presentasi di hadapan para pemimpin perusahaan dunia dalam APEC CEO Summit Beijing China, menyampaikan sejumlah peluang usaha yang bisa diraih investor dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang akan dilakukan pemerintahannya. Mulai dari tol laut, pembangunan pelabuhan, listrik, dan rel listrik.
Selama di Beijing dalam forum APEC, Presiden Jokowi lakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah kepala negara dan kepala pemerintahan. Mulai dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan juga secara khusus lakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri China Li Keqiang. Presiden Jokowi juga mengunjungi kawasan industri di Tianjin, RRT.
Saat bertemu dengan Presiden China Xi Jinping, Presiden Jokowi berharap kemitraan startegis yang komprehensif antar dua negara dapat semakin konkrit kedepannya.
Kepada Presiden Jokowi, Presiden Obama menyebut Indonesia sebagai model bagi kebanyakan negara muslim. Presiden Obama juga menegaskan pentingnya bekerja sama dalam keamanan maritim dengan Indonesia.
Saat bertemu dengan Putin, Presiden Jokowi mengundang investor dari Rusia untuk menanamkan modalnya di sektor energi, pembangkit listrik, jalan kereta api, irigasi, pangan dan manufaktur.
Sementara itu di Myanmar, Presiden Jokowi menghadiri pertemuan ASEAN dengan mitra ASEAN serta KTT Asia Timur. kepada Presiden Republik Uni Myanmar, U Thein Sein, Presiden Jokowi memastikan Indonesia akan menanamkan investasi di Myanmar khususnya di sektor pertambangan, telekomunikasi dan infrastruktur.
Di KTT G-20, selama di Brisbane, Presiden Jokowi dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Australia Tony Abbot, dan Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy. Dalam KTT G-20, Presiden Jokowi akan menjelaskan tentang situasi ekonomi global, dan harapan Indonesia bagi negara-negara G20, untuk kerjasama lebih erat dalam mengatasi kondisi ekonomi global, terutama tantangan-tantangan di 2015. Presiden akan kembali ke tanah air pada Minggu (16/11).