Diperkirakan berjumlah sekitar 3,3 juta, warga Muslim di Amerika Serikat merupakan persentase kecil dari populasi negara itu. Namun komunitas tersebut dapat memainkan peran penting di negara-negara bagian dengan massa mengambang (swing states) dalam pemilihan presiden mendatang.
Ketika Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), organisasi hak asasi manusia di Washington, meluncurkan kampanye Muslim Memilih 2016, tujuannya adalah untuk mengarahkan satu juta konstituen Muslim ke tempat-tempat pemungutan suara.
Robert McCaw, direktur CAIR untuk urusan pemerintahan, mengatakan penyelenggara-penyelenggara kampanye di seluruh negeri dapat bekerja di dalam komunitas untuk memastikan pusat-pusat komunitas Islam memiliki perangkat yang diperlukan untuk mendaftar pemilih.
Menurut lembaga riset Pew Research Center, Muslim mencakup 1 sampai 2 persen saja dari populasi negara ini, namun mereka cenderung tinggal di tempat-tempat strategis -- negara-negara bagian dengan massa mengambang seperti Florida, Ohio dan Virginia.
"Suara Muslim di negara-negara bagian itu dapat memainkan peran signifikan. Mereka... akan dilihat sebagai komunitas minoritas yang signifikan," ujar profesor studi Islam di Georgetown University, John Esposito.
Keuntungan bagi Demokrat
Esposito, yang memimpin Prince Alwaleed Bin Talal Center for Muslim-Christian Understanding di universitas tersebut, mengatakan, “Ada sejumlah Muslim pendukung Partai Republik, tapi mereka minoritas signifikan, dan mengingat posisi [kandidat presiden Republik Donald] Trump mengenai Muslim... saya tidak melihat banyak Muslim tertarik dengan Trump."
Trump telah menyerukan larangan sementara bagi Muslim memasuki negara itu dan ia telah memuji kepemimpinan almarhum Saddam Hussein, yang digulingkan dari jabatan presiden Irak.
Kampanye untuk menggiring satu juga warga Muslim AS untuk mendaftar sebagai pemilih jelas akan menguntungkan kandidat Demokrat, ujar Esposito.
Sebuah survei pada Februari 2016 terhadap 2.000 pemilih Muslim Amerika oleh CAIR menunjukkan bahwa dua pertiga dari mereka mendukung Partai Demokrat, dengan 15 persen sampai 18 persen menyuarakan dukungan untuk Partai Republik.
CAIR mencatat bahwa pada Juni 2016, ada 824.000 pemilih Muslim yang terdaftar, dan bahwa lebih dari 300.000 telah mendaftar sejak pemilihan presiden 2012.
Bukannya menarik suara pemilih Muslim, atau bahkan Latino, untuk Partai Republik, kata Esposito, Trump malah mendorong mereka menjauh.
Pendukung Republik
Pada Konvensi Nasional Partai Republik pekan lalu, Sajid Tarar, pendiri dan pemimpin sebuah kelompok yang dinamakan Muslim untuk Trump, mengatakan kepada VOA bahwa begitu warga Muslim tahu lebih banyak mengenai kebijakan-kebijakan partai, mereka akan terhubungkan dalam isu keamanan pribadi, yang mungkin meningkatkan jumlah Muslim di Amerika yang akan mempertimbangkan untuk memberikan suara mereka bagi kandidat Republik.
"Keamanan Amerika adalah prioritas No. 1 untuk Donald Trump, dan sebagai Muslim Amerika, itu prioritas No. 1 saya juga," ujar Tarar kepada VOA bulan ini.
Tarar mengatakan beberapa Muslim tertarik kepada Partai Republik karena apa yang mereka lihat sebagai nilai-nilai keluarga dan dukungan bagi persatuan keluarga.
"Secara fundamental kami adalah pendukung Republik karena kami datang dari negara-negara konservatif dengan nilai-nilai konservatif."
Namun hanya 11 persen dari yang disurvei pada Februari mengatakan mereka mendukung Trump.
McCaw dan para anggota CAIR lain juga menghadiri Konvensi Nasional Partai Republik dan mereka mengatakan memiliki "satu pesan penting" untuk disampaikan.
"Agar Partai Republik menjadikan dirinya tempat yang menyambut baik Muslim Amerika dan menghentikan praktik Islamofobia politik," ujarnya. [hd]