Berbagai jajak pendapat publik menunjukkan para pemilih AS sangat tidak puas dengan pemerintah dan khawatir akan ancaman dari luar negeri. Ini terutama sangat dirasakan oleh kelompok yang suaranya diperebutkan oleh Partai Republik dan Demokrat, yaitu: perempuan.
Para pengamat mengatakan jika perempuan fokus pada keamanan nasional, itu bisa jadi kabar buruk bagi Demokrat, yang mayoritasnya di Senat terancam.
Banyak perempuan di seluruh AS khawatir akan isu-isu ekonomi dan keamanan nasional.
Dan kedua partai politik itu sadar perempuan dalam pemilu sela hari Selasa (4/11) kemungkinan akan menentukan siapa yang mendominasi Senat dan sebagian posisi gubernur.
Seorang pengunjung Alabama Nancy Capiello mengatakan dia tidak akan memilih. Ia mengatakan, “Saat ini saya merasa harus lebih memperhatikan keluarga terdekat saya, dan hal-hal lain kurang begitu penting karena saya merasa tidak ada orang yang bekerja untuk menyelamatkan atau melindungi kita dengan cara apapun.”
Hawa Coulibaly dari Virginia mengatakan tidak berniat untuk memilih, namun selalu mengikuti perkembangan.
“Saya khawatir dengan apa yang terjadi tetapi saya merasa pemerintah mengendalikannya. Saya merasa pemerintah melakukan hal yang sebaik-baiknya,” ujar Hawa.
Respon-respon ini mencerminkan pendapat perempuan yang disampaikan kepada berbagai jajak pendapat.
Margie Omero bekerja di perusahaan riset publik Purple Strategies di Virginia. Dia menyebut sikap itu “mengenaskan.”
“Orang-orang merasa keadaan ekonomi lebih baik. Tetapi kita melihat kekhawatiran akan ekonomi digantikan oleh kekhawatiran mengenai disfungsi pemerintah dan ketidakstabilan internasional - ISIS atau Ebola atau kerentanan internasional, penembakan di sekolah, kriminalitas,” kata Margie.
Neil Newhouse, seorang petugas poling pada Public Opinion Strategies di Virginia, sepakat dan mengatakan ini bisa jadi kabar buruk bagi Demokrat.
“Selama 114 bulan berturut-turut warga AS yakin negara ini bergerak ke arah yang salah. Ini merupakan periode pesimisme terlama dalam 30 tahun di negara ini,” ulasnya.
Neil Newhouse juga mengatakan, ada kesenjangan gender dalam politik AS selama berpuluh-puluh tahun.
“Laki-laki lebih cenderung ke Republik, dan perempuan lebih cenderung ke Demokrat. Laki-laki cenderung memilih karena isu-isu ekonomi, dan perempuan cenderung memilih karena isu-isu keamanan yang personal,” tambahnya.
Dan bahkan dalam kelompok pemilih perempuan sendiri, ada kesenjangan lainnya, kata Isabel Sawhill dari Brookings Institution.
“Perempuan yang menikah cenderung memilih Republik daripada Demokrat, sedangkan perempuan yang tidak menikah cenderung memilih Demokrat, jadi bukan hanya kesenjangan gender yang cenderung memilih Demokrat secara keseluruhan,” papar Isabel.
Banyak perempuan AS mengatakan mereka ingin Kongres dan presiden bekerja sama untuk menangani kekhawatiran mereka.