KTT Keamanan Nuklir di Washington DC berakhir hari Jumat (1/4) dengan komitmen para pemimpin dunia untuk meningkatkan upaya pengamanan bahan nuklir -- salah satunya dengan mengurangi uranium yang diperkaya.
KTT Keamanan Nuklir tahun ini menjadi yang terakhir bagi Presiden Barack Obama, yang pemerintahannya menggagas KTT ini pada 2009.
Dalam pidatonya hari Jumat (1/4), Obama memuji kerjasama internasional dalam menjaga keamanan nuklir agar tidak disalahgunakan.
“Dengan bekerja sama, negara-negara di dunia telah mempersulit teroris mendapatkan bahan nuklir. Kita telah mengurangi risikonya. Tetapi ancaman terorisme nuklir tetap ada dan terus berevolusi,” papar Obama.
Dalam KTT ini, delegasi Indonesia dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla. Berbicara kepada wartawan Jumat siang, Wapres menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk menjadi negara yang bebas dari uranium yang diperkaya sebelum September 2016.
“Kita sudah mulai men-downblending uranium yang diperkaya dari 99.25% menjadi kurang dari 20%. Kalau kurang dari 20% sudah bisa tidak jadi bom lagi. Tetapi tetap bisa jadi radioaktif untuk pengobatan, dan lain-lain,” ujar Kalla.
Kalla menyampaikan hal tersebut usai mengunjungi stan Industri Nuklir Indonesia (INUKI) di ekspo KTT Industri Nuklir hari Jumat. INUKI adalah BUMN yang bergerak dalam industri teknologi nuklir.
Menurut Presiden Direktur Yudiutomo Imardjoko, INUKI sudah bebas dari uranium yang diperkaya sejak bulan Maret. Kini tinggal menunggu hasil evaluasi dari Departemen Energi AS.
Yudiutomo mengatakan, “Praktis Indonesia tidak punya HEU (high enriched uranium, red.) yang bisa disalahgunakan untuk misalnya dibikin senjata, bom nuklir, dan sebagainya. Jadi kita clean memenuhi traktat-traktat dunia dalam bidang nuklir. ”
Sementara Badan Tenaga Nuklir Nasional, BATAN, berupaya mengamankan bahan nuklir dengan meningkatkan proteksi fisik di reaktornya, termasuk dengan bekerja sama dengan penegak hukum.
Khairul, pakar teknis bidang Proteksi Fisik BATAN menjelaskan, "BATAN sangat erat hubungannya dengan pihak kepolisian. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan latihan gabungan secara periodik dengan membuat skenario adanya pencurian dan sabotase di fasilitas nuklir."
Menurut Wapres Jusuf Kalla, upaya pengamanan yang dilakukan Indonesia sudah sesuai dengan anjuran Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), selaku badan internasional yang mengawasi penggunaan nuklir. (vm)