Di seluruh dunia ada 65 juta orang yang terbuang dari kampung halaman mereka. Mereka terbuang akibat konflik, bencana alam atau kemiskinan luar biasa.
Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon memimpin KTT mengenai nasib pengungsi hari Senin (19/9) dengan tujuan mengatasi akar penyebabnya dan menyepakati kerangka global dalam memikul tanggungjawab terhadap migran dan pengungsi.
Ban Ki-moon mengatakan, "Harus bertambah banyak negara yang memukimkan kembali bertambah banyak orang yang terpaksa meninggalkan negeri mereka. Bertambah banyak negara yang harus mengakui manfaat migrasi. Dan tiap orang di mana saja harus membuang rasa benci yang dihadapi banyak pengungsi, migran dan minoritas."
Presiden Obama akan menjadi tuan-rumah KTT itu hari Selasa berikutnya, mengusahakan komitmen kongkret dari pemerintah-pemerintah tentang dana untuk membantu pengungsi dan memperluas peluang mereka untuk bekerja dan bersekolah.
Duta Besar Amerika Samantha Power mengatakan KTT itu sebagian adalah tentang pentingnya membangun koalisi internasional.
"Kami tidak akan menyelesaikan krisis pengungsi itu hari Selasa, tetapi saya pikir akan tampak keinginan politis dari para pemimpin dunia," kata Samantha Power.
Bagian besar pengungsi dewasa ini berasal dari Suriah. Perang saudara yang sudah enam tahun di sana menyebabkan separoh penduduk negeri itu mengungsi. Para pemimpin mengakui pengungsian tidak akan berhenti sebelum perdamaian dan keamanan ditegakkan.
Perjanjian yang sudah hampir sepekan antara Russia dan Amerika untuk mengurangi kekerasan di Suriah supaya bantuan bisa masuk masih berjalan. Keberhasilan atau kegagalan perjanjian itu ada kemungkinan jadi bagian penting dari pembicaraan di New York di mana akan ada rapat tingkat tinggi Dewan Keamanan tentang Suriah dan kemungkinan pertemuan para menteri dari Kelompok Internasional Pendukung Suriah. [al]