Liu Xiaobo, aktivis Tiongkok yang meringkuk dalam penjara, hari Jumat memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2010, atas ‘perjuangannya tanpa kekerasan sejak lama bagi hak azasi di Tiongkok’. Para tokoh politik, keagamaan, dan HAM di seluruh dunia menyambut gembira pengumuman itu, dan menyatakan, hal itu menjunjung tinggi perjuangan bagi kebebasan dan HAM. Banyak yang mengimbau pemerintah Tiongkok membebaskan Liu.
Panitia Hadiah Nobel di Oslo mengumumkan keputusan itu hari Jumat dengan mengatakan, pihaknya “sejak dulu yakin bahwa ada kaitan erat antara HAM dan perdamaian.”
Presiden Barack Obama menilai Liu sebagai "jurubicara yang berbicara fasih dan tabah" yang telah "mengorbankan kebebasannya demi keyakinannya." Ia mendesak pemerintah Tiongkok agar membebaskan Liu secepat mungkin.
Istri Liu mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan hadiah itu sebagai “kehormatan sejati”, dan ia meminta masyarakat internasional agar mendesak pemerintah Tiongkok bagi pembebasan suaminya.
Sementara itu, Tiongkok bereaksi cepat dengan menuduh panitia hadiah Nobel memberi penghormatan kepada seorang penjahat. Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan bahwa Hadiah Nobel Perdamaian untuk Liu bertentangan dengan prinsip hadiah itu, dan merupakan "penghinaan terhadap hadiah perdamaian".
Pernyataan pemerintah Tiongkok menyebut Liu sebagai penjahat yang telah melanggar undang-undang Tiongkok.
Ketika hadiah itu diumumkan di Oslo, saluran CNN dan BBC di Tiongkok diblok. Situs-situs Internet menyingkirkan penyebutan Hadiah Nobel, meskipun sebelumnya menyebut Hadiah Nobel untuk ilmu pengetahuan.
Selama dua dasawarsa, Liu memperjuangkan reformasi demokrasi di Tiongkok, dan telah berulangkali dijebloskan ke dalam penjara karena kegiatannya itu.