Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan siap menerima para pemimpin Perancis, Jerman, dan Rusia, Sabtu (26/10), dalam suatu KTT empat negara mengenai perang saudara di Suriah.
KTT ini berupaya membangun gencatan senjata antara pemberontak Suriah dan pasukan pemerintah, yang diperantarai Moskow dan Ankara.
Mantan diplomat senior Turki, Aydin Selcen mengatakan, mengadakan pertemuan itu saja merupakan pencapaian diplomatik penting bagi pemimpin Turki.
“Menjadi tuan rumah KTT semacam itu dengan Rusia, mitra Astana, di satu pihak, di lain pihak Jerman dan Perancis, dua sekutu NATO, di sini, di Turki, sejujurya merupakan suatu keberhasilan bagi Presiden Erdogan,” ujar Selcen.
KTT Istanbul ini merupakan hasil kesepakatan bulan lalu di Sochi, Rusia, yang dicapai Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang mencegah ofensif pemerintah Suriah terhadap Idlib, provinsi di bagian Baratlaut Suriah.
Idlib adalah tempat berlindung utama terakhir bagi oposisi yang memberontak. Keikutsertaan Berlin dan Paris dalam putaran pembicaraan ini dimaksudkan agar kesepakatan tetap kukuh. Ini adalah komitmen yang tampaknya siap dipatuhi Moskow, setidaknya sekarang ini, kata para analis.
Moskow menyatakan kesepakatan mengenai Idlib berlaku dan Ankara mematuhi apa yang menjadi tugasnya. Berdasarkan ketentuan dalam perjanjian itu, Ankara setuju untuk memastikan penarikan senjata berat kelompok-kelompok radikal dan pemberontak dari zona demiliterisasi yang baru dibentuk antara pasukan pemberontak dan pemerintah.
Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel diperkirakan akan memanfaatkan KTT ini untuk mengkonsolidasikan perjanjian Idlib itu.
Dengan sekitar 3 juta warga di Idlib, para analis menyatakan bahwa para pemimpin Eropa khawatir ofensif terhadap provinsi itu dapat memicu eksodus pengungsi lainnya ke Eropa. Kehadiran para pemimpin Perancis dan Jerman dianggap membantu memperkuat posisi Ankara dalam mengimbangi Moskow, pendukung utama pemerintah Suriah. [uh]