SOLO —
Sebuah ruangan dengan pintu tertutup tampak di salah satu sudut puskesmas di Solo, Kamis (11/4). Perempuan sedang menggendong bayinya melintas di depan ruangan tersebut, yang bertuliskan ‘Ruang Laktasi’ dan memiliki berbagai poster ibu menyusui.
Walikota Solo, Hadi Rudyatmo, mengatakan pemerintahannya telah menyiapkan anggaran lebih dari Rp 1 miliar untuk membangun puluhan ruang laktasi di berbagai area publik. Menurut Hadi, Solo berbenah demi mengejar gelar Kota Layak Anak pada 2015 mendatang.
“Kita upayakan agar masing-masing kantor pelayanan pemerintah kota, minimal tingkat kelurahan, ada pojok ASI (Air Susu Ibu) atau ruang khusus menyusui. Anggarannya kan tidak begitu besar, untuk mebuat instalasinya tidak makan biaya yang banyak,” ujar Rudy.
“Nanti kita perluas ke ruang publik lainnya yang ada kaitannya langsung dengan masyarakat. Kita sediakan ruang pojok ASI. Kita hitung satu ruang pojok ASI butuh biaya sekitar Rp 20 juta. Kalau minimal di kelurahan ada 51 kelurahan berarti ya butuh anggaran Rp 1 miliar. Belum lagi kalau di tingkat kecamatan ada lima, pasar tradisional ada 43, pojok ASI di terminal sudah ada. Target Solo kota layak anak di 2015 mendatang harus terpenuhi.”
Selain kantor pemerintah, sejumlah pusat perbelanjaan di Solo juga sudah menyediakan ruang menyusui.
Pegiat dari organisasi pemerhati anak dan perempuan di Solo, SAHABAT KAPAS, Dian Sasmita, mendukung upaya pemerintah tersebut karena selama ini banyak ibu yang harus menggunakan toilet atau ruang sepi lainnya untuk memerah ASI atau menyusui bayinya.
“Kehadiran pojok laktasi memang sangat dibutuhkan oleh ibu menyusui, sangat bagus. Bayi dan balita akan terpenuhi gizinya. Selama ini memang baru sedikit ketersediaan ruang laktasi atau pojok ASI. Saya lihat baru ada di terminal dan puskesmas. Kami sangat mendukung kehadiran pojok ASI di tempat-tempat publik,” ujarnya.
“Balai Kota belum memiliki ruang pojok ASI sehingga banyak ibu menyusui yang memerah ASI di toilet. Ini kan sangat menyedihkan.”
Dari 51 kelurahan di kota Surakarta, pemerintah kota mengklaim sekitar 70 persennya sudah jadi kelurahan layak anak. Ruang menyusui berisikan tempat tidur atau kursi panjang, alas bayi, popok bayi, wastafel atau tempat cuci tangan, tisu, dan berbagai poster menyusui ASI yang benar.
Solo menjadi salah satu kota yang dipilih oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia untuk Uji Coba Model Kota Layak Anak sejak 2006. Pemerintah menargetkan hingga 2014 mendatang, 100 kabupaten/kota di Indonesia menjadi wilayah ramah dan layak anak.
Walikota Solo, Hadi Rudyatmo, mengatakan pemerintahannya telah menyiapkan anggaran lebih dari Rp 1 miliar untuk membangun puluhan ruang laktasi di berbagai area publik. Menurut Hadi, Solo berbenah demi mengejar gelar Kota Layak Anak pada 2015 mendatang.
“Kita upayakan agar masing-masing kantor pelayanan pemerintah kota, minimal tingkat kelurahan, ada pojok ASI (Air Susu Ibu) atau ruang khusus menyusui. Anggarannya kan tidak begitu besar, untuk mebuat instalasinya tidak makan biaya yang banyak,” ujar Rudy.
“Nanti kita perluas ke ruang publik lainnya yang ada kaitannya langsung dengan masyarakat. Kita sediakan ruang pojok ASI. Kita hitung satu ruang pojok ASI butuh biaya sekitar Rp 20 juta. Kalau minimal di kelurahan ada 51 kelurahan berarti ya butuh anggaran Rp 1 miliar. Belum lagi kalau di tingkat kecamatan ada lima, pasar tradisional ada 43, pojok ASI di terminal sudah ada. Target Solo kota layak anak di 2015 mendatang harus terpenuhi.”
Selain kantor pemerintah, sejumlah pusat perbelanjaan di Solo juga sudah menyediakan ruang menyusui.
Pegiat dari organisasi pemerhati anak dan perempuan di Solo, SAHABAT KAPAS, Dian Sasmita, mendukung upaya pemerintah tersebut karena selama ini banyak ibu yang harus menggunakan toilet atau ruang sepi lainnya untuk memerah ASI atau menyusui bayinya.
“Kehadiran pojok laktasi memang sangat dibutuhkan oleh ibu menyusui, sangat bagus. Bayi dan balita akan terpenuhi gizinya. Selama ini memang baru sedikit ketersediaan ruang laktasi atau pojok ASI. Saya lihat baru ada di terminal dan puskesmas. Kami sangat mendukung kehadiran pojok ASI di tempat-tempat publik,” ujarnya.
“Balai Kota belum memiliki ruang pojok ASI sehingga banyak ibu menyusui yang memerah ASI di toilet. Ini kan sangat menyedihkan.”
Dari 51 kelurahan di kota Surakarta, pemerintah kota mengklaim sekitar 70 persennya sudah jadi kelurahan layak anak. Ruang menyusui berisikan tempat tidur atau kursi panjang, alas bayi, popok bayi, wastafel atau tempat cuci tangan, tisu, dan berbagai poster menyusui ASI yang benar.
Solo menjadi salah satu kota yang dipilih oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia untuk Uji Coba Model Kota Layak Anak sejak 2006. Pemerintah menargetkan hingga 2014 mendatang, 100 kabupaten/kota di Indonesia menjadi wilayah ramah dan layak anak.