Pemerintah Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Komisariat 1 Jawa Timur, melakukan sejumlah langkah untuk mempercepat penanganan virus corona di Jawa Timur. Khususnya di wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik yang memiliki jumlah kasus positif terbanyak.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak mengatakan peran perguruan tinggi dalam penanganan corona sangatlah penting. Salah satunya melalui pembuatan ide kreasi dan inovasi untuk membantu masyarakat yang terdampak akibat pandemi corona ini.
“Kampus bisa melakukan inovasi, mengembangkan aplikasi, mengembangkan minuman-minuman herbal. Itu ada pakar ginseng itu dari Korea yang jadi dosen di Ubaya, peneliti. Ada juga tadi robot dari Petra dan sebagainya, itu inovasi. Ventilator mungkin dari ITS. Tapi di level kedua, yang sangat penting juga promotif preventif,” kata Emil Elistianto Dardak.
Selain itu, Emil menyebut upaya pencegahan melalui edukasi dan sosialisasi dapat melibatkan mahasiswa yang sedang praktik kerja lapangan, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Mahasiswa dapat melakukan praktik kerja lapangan atau kuliah kerja nyata di lingkungan kampung tempat tinggalnya masing-masing.
Menurut Emil, ada sekitar 5.700an rukun warga (RW) yang tersebar di seluruh Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, di mana mahasiswa bisa terlibat untuk mengedukasi warga.
“Kata kuncinya bagaimana pesannya dan hasilnya ini terkoordinasi, dan informasinya terlaporkan juga ke gugus tugas, sehingga ada validasi data yang lebih handal di lapangan,” lanjut Emil.
Rektor Universitas Surabaya (Ubaya), yang juga anggota APTISI, Benny Lianto, mengatakan telah melakukan pembicaraan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama 12 Perguruan di Surabaya dan sekitarnya. Benny menyebut akan membuat kategori-kategori pelibatan kampus dalam membantu percepatan penanganan wabah virus corona, sesuai keahlian atau fokus bidang masing-masing kampus.
Benny mencontohkan kampus IT, misalnya, bisa membuat berbagai aplikasi untuk membantu masyarakat.
“Mungkin kategori kesehatan, mendidik masyarakat supaya bagaimana hidup sehat dan sebagainya. Ada kategori, mungkin ekonomi, supaya pemberdayaan masyarakat bisa tetap punya penghasilan yang baik di masa pandemi,” terang Benny Lianto. [pr/em]