Kebakaran hutan besar yang melanda banyak negara, termasuk Australia, belum lama ini, mendorong para mahasiswa dan profesional muda dari seluruh dunia untuk mencari jalan keluar.
Salah seorang diantaranya adalah Tjia Johan Setiawan, 24, yang berprofesi sebagai System Analyst di sebuah perusahaan manufaktur di Jakarta.
Ia mempelajari data satelit NASA dan gambar dari infra merah kebakaran hutan Australia untuk memprediksi persebaran api. Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Mesin ini menawarkan teknologi dengan pendekatan fenologi bahan bakar.
Kepada VOA, pria yang akrab disapa Johan ini menjelaskan.
“Selain menggunakan data api yang ada di lapangan, saya lihat kira-kira pohon-pohon atau semak yang terbakar sebagai bahan bakar kebakaran itu berapa banyak? Sehingga saya bisa prediksi persebarannya seperti apa bentuknya," ujarnya.
Berkat solusinya yang inovatif, Johan menjadi juara pertama kompetisi ‘2021 Better Working World Data Challenge’ yang diadakan perusahaan global EY pada Maret-Juni. Kontes internasional itu diikuti lebih dari 8.700 peserta dari 115 negara dan 1.100 universitas, kata EY dalam siaran pers.
Johan mengalahkan finalis dari Singapura, Hungaria, Amerika, Ghana dan Indonesia dalam kategori 'Memprediksi Persebaran Api.' Ia mengaku kemenangannya sangat mengejutkan.
“Karena tidak menyangka saya yang baru belajar, background-nya juga… ya mungkin ada sedikit background yang bisa bantu saya, tapi saya tidak murni dari IT dan sains data, sehingga saya tidak bereskpektasi bisa menang awalnya,” kata mantan anggota tim robotik ITB ini.
Johan menolak mengungkap hadiah yang diterimanya, tetapi EY telah mengumumkan bahwa pemenang lomba ini berhak mendapat $10.000 atau lebih dari Rp140 juta.
Akan Diuji Coba di Australia
Wakil Kepala Otorita Kebakaran di Victoria, Australia, Alen Slijepsevic, memuji gagasan Johan.
“Ini bisa membuat perubahan besar dan kita bisa dengan cepat memprediksi kebakaran, menyesuaikan strategi dan memberi imbauan kepada masyarakat agar mereka lebih aman,” ujarnya dalam acara pengumuman pemenang yang diadakan secara virtual pada Juli.
Di Australia, kebakaran hutan hebat menewaskan sedikitnya 34 orang, menghanguskan lahan seluas 186.000 kilometer persegi, dan menghancurkan lebih dari 3.000 rumah sepanjang 2019-2020.
Laporan resmi tentang tragedi tersebut memperingatkan bahwa kebakaran hutan bisa jadi "lebih rumit, lebih tidak terduga, dan lebih sulit untuk ditanggulangi."
Para peserta kompetisi ditantang untuk mengembangkan model yang bisa membantu para pemadam merespons kebakaran hutan dengan lebih efektif, sehingga bisa menyelamatkan nyawa dan lingkungan.
EY mengatakan solusi yang terpilih dari kontesnya akan diuji coba oleh otorita kebakaran di Australia. Dan kekayaan intelektualnya akan diberikan secara gratis kepada otorita kebakaran dan organisasi nirlaba lain di seluruh dunia.
Taufiq Daryanto, Finalis dari ITB
Pemuda Indonesia lain yang menjadi finalis adalah mahasiswa ITB jurusan Teknik Informatika Taufiq Daryanto. Ia menjadi satu dari enam finalis dalam kategori yang sama dengan Johan, yakni 'Memprediksi Persebaran Api.'
Kepada VOA, mahasiswa 21 tahun ini menjelaskan solusi yang ditawarkannya.
“Dengan menghitung perubahan radius daerah yang terbakar tiap waktunya kemudian gunakan data tersebut untuk memprediksi daerah yang terbakar di waktu yang akan datang.”
Bisa menjadi seorang finalis dari ribuan peserta dalam kompetisi internasional ini, tak terbayangkan sebelumnya oleh Taufiq. Apalagi, bidang sains data dipelajarinya secara otodidak.
Mahasiswa tingkat akhir yang sedang magang di perusahaan teknologi ini membagikan tips untuk para mahasiswa lain yang ingin mempelajari sains data.
“Resource untuk belajar data science sangat banyak, dari YouTube, online course, artikel. Manfaatkan sebaik-baiknya. Selain belajar, praktek langsung, misalnya dengan ikut lomba-lomba,” ujarnya.
Kedua pemuda Indonesia itu berharap kontribusi mereka bisa membantu mengendalikan kebakaran hutan, serta menyelamatkan lebih banyak nyawa dan lingkungan di masa mendatang. Tidak hanya di Australia, tapi juga di mancanegara. [vm/em]