Selagi Gedung Putih mempertimbangkan larangan perjalanan baru bagi negara-negara dengan tingkat overstay (tinggal melampaui batas waktu visa) tinggi, para aktivis mengatakan para pencari suaka Afrika mungkin paling terimbas dampaknya.
Harian The Wall Street Journal baru-baru ini melaporkan pemerintahan Trump mempertimbangkan peraturan yang ditujukan untuk warga negara dari negara-negara dengan tingkat melampaui visa bisnis dan pariwisata yang tinggi, yang dikenal sebagai B1 atau B2.
Menurut surat kabar itu, Amerika akan memperingatkan negara-negara agar memangkas overstay atau permohonan visanya kelak lebih sulit dan dipersingkat. Aturan seperti itu bisa segera diterapkan melalui pernyataan presiden, kata seorang pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) kepada situs web politik Politico.
Itu artinya negara-negara dengan tingkat overstay tinggi untuk kategori tersebut akan paling terimbas aturan ini daripada negara-negara yang secara keseluruhan memiliki overstay tertinggi. Negara-negara Afrika seperti Djibouti, Eritrea, Chad, Liberia, Somalia, Burkina Faso, Sudan Selatan, dan Sudan termasuk diantara negara yang angka melampaui visanya tertinggi.
Sebagai perbandingan, hanya satu negara Afrika, Nigeria yang termasuk diantara 10 negara teratas di dunia yang secara keseluruhan melampaui masa tinggal, termasuk Program Pengecualian Visa (VWP) dan negara-negara non-VWP. Program pengecualian ini memungkinkan warga negara dari negara-negara tertentu berkunjung ke Amerika selama 90 hari tanpa visa.
Kanada, Meksiko, Brasil, Venezuela, Inggris, Kolombia, Nigeria, China, Perancis, dan India masing-masing memiliki total lebih tinggi daripada 17 negara tersebut dengan penggabungan nilai overstaynya tertinggi, demikian menurut analisis VOAterhadap data statistik DHS tahun fiskal 2017. (my)