Washington terus mengeluarkan berbagai pesan dalam menanggapi gelombang kedatangan migran di perbatasan selatan Amerika dengan Meksiko.
Wartawan VOA Michael Bowman melaporkan, Presiden Donald Trump telah mengemukakan berbagai macam proposal, mulai dari menutup perbatasan hingga mengirim migran ke kubu-kubu Demokrat di perkotaan, sementara warga Amerika Tengah yang melakukan perjalanan ke arah Utara mencapai rekor jumlahnya.
Gelombang migran yang datang terus meningkat, meskipun Presiden Trump bertahun-tahun berbicara keras mengenai imigrasi ilegal serta upaya Gedung Putih yang tak henti-hentinya untuk memperkuat pembatas fisik di sepanjang perbatasan Amerika Serikat-Meksiko.
Trump belakangan ini mundur dari ancaman untuk menutup perbatasan selatan. Ia hanya mengusulkan gagasan lainnya yang belum pernah dipertimbangkan sebelumnya, yaitu mengirimkan migran tersebut ke negara bagian-negara bagian dan kota-kota besar yang diperintah oleh partai Demokrat yang beroposisi.
Presiden Trump mengatakan, "California tentu saja selalu menyatakan menginginkan lebih banyak orang. Mereka menginginkan lebih banyak orang di kota-kota suaka mereka. Well, kami akan beri mereka lebih banyak orang. Kami dapat memberikan mereka pasokan tanpa batas. Mari kita lihat apakah mereka begitu gembira.”
Apa yang disebut sebagai “kota-kota suaka” itu tidak bekerja sama dengan para petugas imigrasi federal dalam mengidentifikasi dan menyingkirkan para imigran gelap di dalam yurisdiksi mereka. Gagasan Trump, apabila diberlakukan, kemungkinan besar akan memicu tantangan hukum dan kemungkinan perselisihan tajam di dalam pemerintahannya sendiri. Fraksi Demokrat segera menanggapi.
Ketua DPR Nancy Pelosi dari fraksi Demokrat menyatakan, “itu adalah gagasan lain yang tidak pantas dinyatakan presiden Amerika Serikat.”
Sementara itu Senator Demokrat dari California, Scott Wiener menjelaskan, “Kami menyambut baik imigran di San Francisco. Imigran membuat komunitas kami lebih baik. Jadi apabila Donald Trump ingin menghukum kami dengan membuat imigran datang ke sana, kami akan membuka pintu dan menyambut mereka.”
Gedung Putih menyatakan belum ada keputusan akhir yang diambil.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders dalam acara televisiABC ‘This Week’ mengatakan, “Ini adalah opsi yang tersedia. Idealnya kami tidak akan mengurusi gelombang besar-besaran imigran ilegal yang datang melintasi perbatasan, krisis yang kita miliki dari sisi keamanan nasional dan kemanusiaan. Jika Demokrat akan mengambil tindakan dan membantu presiden memperbaiki undang-undang, ini semua akan berakhir.”
Tidak ada reformasi imigrasi yang diberlakukan selama dua tahun pertama Trump menjabat, pada waktu fraksi Republik menjadi mayoritas di kedua majelis di Kongres. Pada tahun 2013, Senat yang ketika itu dipimpin Demokrat meloloskan rancangan undang-undang reformasi imigrasi yang komprehensif, yang gagal mendapatkan dukungan di DPR yang ketika itu dipimpin fraksi Republik.
Sekarang ini, satu keputusan eksekutif sedang dimajukan: menghentikan bantuan Amerika untuk tiga negara di Amerika Tengah.
Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo menjelaskan, “Amerika Serikat telah menghabiskan ratusan juta dolar untuk berusaha dan membangun solusi di tiga negara ini, El Salvador, Guatemala dan Honduras. Anda dapat lihat, ini adalah fakta dari krisis ini di perbatasan selatan bahwa ini belum efektif, dan kami berusaha keras untuk mengubah itu.”
Fraksi Demokrat menyatakan pemutusan bantuan akan memperburuk kondisi di Amerika Tengah, menyebabkan lebih banyak lagi orang yang mengungsi. [uh]