Tautan-tautan Akses

Pendiri Kelompok Militan Sayap Kanan AS "Oath Keepers" Divonis 18 Tahun Penjara


Pendiri kelompok militan sayap kanan ekstrem Oath Keepers, Stewart Rhodes (foto: dok).
Pendiri kelompok militan sayap kanan ekstrem Oath Keepers, Stewart Rhodes (foto: dok).

Hakim federal AS Amit Mehta memvonis pendiri kelompok militan sayap kanan ekstrem Oath Keepers, Stewart Rhodes, dengan hukuman 18 tahun penjara pada hari Kamis (25/5), karena melakukan konspirasi penghasutan dan tindak kejahatan lain terkait serangan ke gedung Kongres AS. Rhodes sebelumnya bersikeras menyatakan bahwa dirinya seorang “tahanan politik.”

Rhodes, mantan penerjun payung Angkatan Darat AS yang beralih menjadi pengacara didikan Universitas Yale dan mendirikan milisi sayap kanan ekstrem "Oath Keepers", hadir di pengadilan federal hari Kamis untuk menerima vonis hukuman atas dakwaan jaksa yang menuntut hukuman 25 tahun penjara.

Hukuman penjara terpanjang sebelumnya dijatuhkan pada seorang pria asal Pennsyvlania yang menyerang polisi dalam peristiwa itu. Ia divonis 14 tahun penjara.

“Rhodes memimpin sebuah konspirasi untuk menggunakan kekuatan dan kekerasan untuk mengintimidasi dan memaksa anggota pemerintahan kita menghentikan perpindahan kekuasaan yang sah setelah pemilihan presiden,” kata jaksa federal Kathryn Rakoczy. “Seperti yang diputuskan pengadilan – itu adalah tindak terorisme.”

Rhodes, yang menyangkal semua dakwaan, berdiri di hadapan Mehta sambil mengenakan baju tahanan dan bersikeras menyatakan bahwa ia adalah “tahanan politik,” yang – seperti Trump – berusaha melawan orang-orang “yang menghancurkan negara kita.”

Selain konspirasi penghasutan – tindak pidana mencakup upaya “menggulingkan, menurunkan atau menghancurkan paksa pemerintahan Amerika Serikat” – Rhodes juga divonis bersalah karena menghalang-halangi proses resmi dan merusak dokumen. Rhodes dibebaskan dari dua dakwaan lainnya.

Sebagai bagian dari tuntutan hukuman, jaksa meminta hakim meningkatkan hukuman Rhodes berdasarkan beberapa faktor, termasuk “perilaku teroris” yang dinilai ditunjukkannya.

Mehta setuju bahwa semua peningkatan hukuman yang diusulkan dapat diterapkan, karena bukti menunjukkan bahwa Rhodes “berada di puncak rantai” dan bersalah atas tindakan kelompoknya secara keseluruhan.

“Ia jelas tidak menyesal atas apa yang terjadi pada hari itu,” kata Mehta.

Rhodes, yang mengenakan satu penutup mata setelah secara tidak sengaja menembak wajahnya sendiri dengan pistol, mendirikan Oath Keepers, alias Penjaga Sumpah, tahun 2009. Anggota kelompok milisi itu antara lain pensiunan personel militer AS, petugas penegak hukum hingga petugas tanggap darurat. Mereka seringkali mendatangi unjuk rasa dan acara-acara politik dengan bersenjata lengkap, termasuk saat mendatangi aksi demonstrasi menuntut keadilan rasial menyusul kematian George Floyd, pria kulit hitam yang tewas dalam tahanan polisi kulit putih di Minneapolis tahun 2020.

Beberapa anggota Oath Keepers menerobos gedung Kongres AS dengan mengenakan perlengkapan paramiliter. Anggota lainnya menyiapkan “pasukan cepat tanggap” di sebuah hotel di pinggiran, yang disebut jaksa dilengkapi senjata api yang dapat dengan cepat dikirim ke Washington. Rhodes sendiri berada di halaman gedung Kongres pada saat kejaidan, meski tidak memasuki gedung.

Dua orang lain yang dikaitkan dengan Oath Keepers, Jessica Watkins dan Kenneth Harrelson, akan menerima vonis hukuman hari Jumat (26/5). Mereka dibebaskan dari pasal konspirasi penghasutan, namun dinyatakan bersalah atas dakwaan pidana lainnya. Empat anggota Oath Keepers yang divonis bersalah atas konspirasi penghasutan pada persidangan kedua akan divonis hukuman pekan depan.

Hakim menunda sidang vonis hukuman bagi Thomas Caldwell hari Rabu (24/5), terdakwa yang dibebaskan dalam kasus konspirasi penghasutan namun diputus bersalah dalam kasus pidana lainnya.

Sebelum sidang vonis hukuman, lima aparat penegak hukum yang mempertahankan gedung Kongres dan melindungi para pegawai kongres yang pergi menyelamatkan diri dari tindak kekerasan menyampaikan pernyataan dalam persidangan hari Rabu.

“Kami diludahi. Kami dipukuli,” kata petugas Departemen Kepolisian Metropolitan Christopher Owens, yang menahan tangis saat mengingat kembali bagaimana para perusuh menyerang polisi dan memanggil mereka “pengkhianat.”

Polisi Kongres AS Harry Dunn mengatakan dalam persidangan bahwa kini ia hidup dalam ketakutan akan keselamatan keluarganya. Ia menyebut serangan itu sebagai sebuah mimpi buruk “yang terus datang dan tidak pernah berhenti.” [rd/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG