Pusat Inovasi Iklim (CIC) Kenya yang baru berdiri dijadikan sebagai pusat bisnis bagi para pengusaha teknologi iklim di Afrika. Lembaga ini merupakan yang pertama di dunia dan memungkinkan usaha kecil dan menengah di Kenya dan di daerah sekitarnya menanggapi perubahan iklim dengan mengembangkan sektor-sektor seperti energi, pertanian dan pasokan air.
Pengusaha mengajukan usul kepada CIC. Jika diterima, mereka memperoleh dana pembiayaan yang sering sulit atau tidak mungkin diperoleh di negara berkembang. CIC menyediakan fasilitas kantor, dukungan teknis, bantuan untuk mendaftar perusahaan dan pajak, dan bahkan bagaimana menyusun rencana bisnis yang efektif. Sebagai imbalannya, pengusaha meraih sukses, atau kalau gagal digantikan oleh wirausahawan lain.
Izael Da Silva, Wakil Rektor Universitas Strathmore di Nairobi, di mana CIC didirikan, mengatakan, Kenya memiliki ide-ide inovatif. Masalahnya hanya bagaimana membantu mereka untuk membuahkan hasil.
“Usaha kecil dan menengah, jumlahnya banyak. Mereka memiliki ide-ide inovatif, tetapi sangat sedikit yang meraih sukses dan berkesinambungan, dan ekonomis. Beberapa ide baik memerlukan lingkungan yang kondusif, pengelolalaan dan berkembang,” ujarnya.
Jonathan Coony, Koordinator Program Teknologi Iklim di Bank Dunia, ujung tombak upaya ini,mengatakan, Kenya merupakan lokasi yang ideal untuk lembaga seperti ini.
Coony mengatakan, memanfaatkan wirausaha energi di Kenya sangat penting dalam menanggapi perubahan iklim yang banyak mempengaruhi wilayah Afrika, seperti curah hujan yang berubah-ubah.
Menurut Da Silva, CIC diposisikan secara unik untuk mengelola dan mengembangkan solusi yang lebih kreatif bagi isu perubahan iklim yang dihadapi Afrika.
CIC - Kenya diperkirakan akan membantu lebih dari 70 usaha teknologi iklim berkelanjutan dalam lima tahun mendatang dan menciptakan 4.600 lapangan kerja langsung dan 24.000 lebih lapangan kerja tidak langsung, dalam dasawarsa mendatang, serta mengendalikan investasi bernilai $10 juta dari sektor swasta. Lembaga ini memperoleh sumbangan dana sebesar $ 15 juta selama lima tahun. CIC didukung oleh Bank Dunia, dalam kemitraannya dengan Pemerintah Denmark dan lembaga UKAid Inggris. Inisiatif ini juga melibatkan sejumlah mitra dari Kenya.
Pengusaha mengajukan usul kepada CIC. Jika diterima, mereka memperoleh dana pembiayaan yang sering sulit atau tidak mungkin diperoleh di negara berkembang. CIC menyediakan fasilitas kantor, dukungan teknis, bantuan untuk mendaftar perusahaan dan pajak, dan bahkan bagaimana menyusun rencana bisnis yang efektif. Sebagai imbalannya, pengusaha meraih sukses, atau kalau gagal digantikan oleh wirausahawan lain.
Izael Da Silva, Wakil Rektor Universitas Strathmore di Nairobi, di mana CIC didirikan, mengatakan, Kenya memiliki ide-ide inovatif. Masalahnya hanya bagaimana membantu mereka untuk membuahkan hasil.
“Usaha kecil dan menengah, jumlahnya banyak. Mereka memiliki ide-ide inovatif, tetapi sangat sedikit yang meraih sukses dan berkesinambungan, dan ekonomis. Beberapa ide baik memerlukan lingkungan yang kondusif, pengelolalaan dan berkembang,” ujarnya.
Jonathan Coony, Koordinator Program Teknologi Iklim di Bank Dunia, ujung tombak upaya ini,mengatakan, Kenya merupakan lokasi yang ideal untuk lembaga seperti ini.
Coony mengatakan, memanfaatkan wirausaha energi di Kenya sangat penting dalam menanggapi perubahan iklim yang banyak mempengaruhi wilayah Afrika, seperti curah hujan yang berubah-ubah.
Menurut Da Silva, CIC diposisikan secara unik untuk mengelola dan mengembangkan solusi yang lebih kreatif bagi isu perubahan iklim yang dihadapi Afrika.
CIC - Kenya diperkirakan akan membantu lebih dari 70 usaha teknologi iklim berkelanjutan dalam lima tahun mendatang dan menciptakan 4.600 lapangan kerja langsung dan 24.000 lebih lapangan kerja tidak langsung, dalam dasawarsa mendatang, serta mengendalikan investasi bernilai $10 juta dari sektor swasta. Lembaga ini memperoleh sumbangan dana sebesar $ 15 juta selama lima tahun. CIC didukung oleh Bank Dunia, dalam kemitraannya dengan Pemerintah Denmark dan lembaga UKAid Inggris. Inisiatif ini juga melibatkan sejumlah mitra dari Kenya.