Siapapun yang suami atau istrinya mendengkur keras mungkin menginginkan kamar tidur terpisah.
Itulah tanda-tanda gangguan tidur apnea, gangguan kronis di mana seseorang mengalami pernapasan pendek atau sering berhenti bernapas ketika tidur.
Dalam apnea, otot tenggorokan dan jaringan lain di belakang tenggorokan secara berkala menutup jalan napas.
Otak bereaksi dengan mengangkat otot tenggorokan, menjauhi pipa udara. Akibatnya, penderita sering terbangun karena tidak bisa bernapas. Pada saat itu, menurut peneliti, kadar oksigen darah menurun dan kualitas tidur terganggu akibat hormon stres.
Gangguan tidur apnea dialami kurang dari 10 persen orang di banyak negara. Lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan yang menderita gangguan itu, dan lebih umum terjadi pada orang berusia lanjut.
Montse Oliver, yang menderita gangguan tersebut, mengatakan,
"Pada malam hari, kadang-kadang saya terbangun karena tidak bisa bernapas dan suami saya bilang saya banyak mendengkur."
Jika tidak diobati, gangguan tidur apnea meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, kegemukan, penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke. Penelitian baru juga menunjukkan kemungkinan kaitan gangguan itu dengan kanker.
Pengobatan standar untuk gangguan itu adalah C-PAP, singkatan dari Continuous Positive Airway Pressure. Mesin itu mengalirkan udara secara teratur ke dalam tenggorokan, membuka sumbatan. Pasien akan merasa segar setelah bangun dari tidur yang nyenyak.
Tetapi, peneliti di Spanyol ingin tahu seberapa efektif C-PAP dalam mengobati tekanan darah tinggi dan gejala-gejala kardiovaskuler pada penderita apnea, khususnya mereka yang tidak mengantuk pada siang hari.
Dr. Ferran Barbe dari Institut Penelitian Llieda dan timnya mempelajari lebih dari 700 pasien gangguan tidur dan menindaklanjutinya selama lebih dari empat tahun. Beberapa pasien itu menggunakan mesin C-PAP. Lainnya tidak.
"Kami mendapati sedikit penurunan dalam kasus hipertensi dan masalah kardiovaskular baru pada kelompok pengguna C-PAP. Namun, secara statistik, perbedaan jumlah itu tidak signifikan," paparnya.
Kajian kedua, juga di Spanyol, ingin mengetahui apakah C-PAP menurunkan tekanan darah pada pasien apnea yang baru saja didiagnosis mengidap hipertensi.
Penelitian tersebut memang menunjukkan penurunan risiko hipertensi hampir 30 persen dibandingkan pada kelompok kontrol.
Walaupun kedua penelitian itu menunjukkan manfaat C-PAP, peneliti mengatakan, dibutuhkan penelitian yang lebih besar dengan tindak lanjut yang lebih lama.
Penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal American Medical Association.
Itulah tanda-tanda gangguan tidur apnea, gangguan kronis di mana seseorang mengalami pernapasan pendek atau sering berhenti bernapas ketika tidur.
Dalam apnea, otot tenggorokan dan jaringan lain di belakang tenggorokan secara berkala menutup jalan napas.
Otak bereaksi dengan mengangkat otot tenggorokan, menjauhi pipa udara. Akibatnya, penderita sering terbangun karena tidak bisa bernapas. Pada saat itu, menurut peneliti, kadar oksigen darah menurun dan kualitas tidur terganggu akibat hormon stres.
Gangguan tidur apnea dialami kurang dari 10 persen orang di banyak negara. Lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan yang menderita gangguan itu, dan lebih umum terjadi pada orang berusia lanjut.
Montse Oliver, yang menderita gangguan tersebut, mengatakan,
"Pada malam hari, kadang-kadang saya terbangun karena tidak bisa bernapas dan suami saya bilang saya banyak mendengkur."
Jika tidak diobati, gangguan tidur apnea meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, kegemukan, penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke. Penelitian baru juga menunjukkan kemungkinan kaitan gangguan itu dengan kanker.
Pengobatan standar untuk gangguan itu adalah C-PAP, singkatan dari Continuous Positive Airway Pressure. Mesin itu mengalirkan udara secara teratur ke dalam tenggorokan, membuka sumbatan. Pasien akan merasa segar setelah bangun dari tidur yang nyenyak.
Tetapi, peneliti di Spanyol ingin tahu seberapa efektif C-PAP dalam mengobati tekanan darah tinggi dan gejala-gejala kardiovaskuler pada penderita apnea, khususnya mereka yang tidak mengantuk pada siang hari.
Dr. Ferran Barbe dari Institut Penelitian Llieda dan timnya mempelajari lebih dari 700 pasien gangguan tidur dan menindaklanjutinya selama lebih dari empat tahun. Beberapa pasien itu menggunakan mesin C-PAP. Lainnya tidak.
"Kami mendapati sedikit penurunan dalam kasus hipertensi dan masalah kardiovaskular baru pada kelompok pengguna C-PAP. Namun, secara statistik, perbedaan jumlah itu tidak signifikan," paparnya.
Kajian kedua, juga di Spanyol, ingin mengetahui apakah C-PAP menurunkan tekanan darah pada pasien apnea yang baru saja didiagnosis mengidap hipertensi.
Penelitian tersebut memang menunjukkan penurunan risiko hipertensi hampir 30 persen dibandingkan pada kelompok kontrol.
Walaupun kedua penelitian itu menunjukkan manfaat C-PAP, peneliti mengatakan, dibutuhkan penelitian yang lebih besar dengan tindak lanjut yang lebih lama.
Penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal American Medical Association.