Polisi di kota Chicago di Amerika Serikat bagian barat tengah mengatakan lebih dari 40 orang ditembak selama akhir pekan lalu, 12 di antaranya sedang dalam keadaan kritis.
Berita itu muncul di saat Chicago, kota terbesar ketiga di AS, menghadapi gelombang kekerasan, dengan tingkat pembunuhan yang meningkat 40 persen sejak tahun lalu.
Kekerasan selama liburan Natal itu termasuk dalam sebuah pesta Natal keluarga dimana dua orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka.
Polisi Chicago Superintenden Eddie Johnson mengatakan kepada wartawan hari Senin (26/12) bahwa 90 persen dari mereka yang tewas akhir pekan ini memiliki hubungan dengan geng, catatan kejahatan, atau diidentifikasi sebelumnya oleh para pejabat sebagai pelanggar potensial atau korban kekerasan bersenjata.
Johnson mengatakan bahwa politisi perlu memperkuat hukuman terkait penggunaan senjata.
"Tingkat kekerasan yang tidak dapat diterima ini menunjukkan kebutuhan yang jelas dan mendesak bagi para pembuat kebijakan untuk membicarakan hal ini bulan Januari dan menetapkan instrumen hukuman terkait senjata terhadap pelanggar berulang sehingga kita dapat mulai mengubah narasi ini," ujarnya.
"Jika anda mengangkat senjata dan menembak seseorang, anda harus dipenjara, titik, akhir cerita... Beberapa orang ingin ada keringanan soal ini. Saya tidak," tambahnya.
Johnson mengatakan polisi juga telah menyita 45 senjata dari jalanan di kota itu pada liburan akhir pekan lalu, yang menurutnya lebih tinggi jumlahnya dibandingkan akhir pekan biasa.
Lebih dari 700 pembunuhan dilaporkan di Chicago tahun ini, peningkatan dari kurang dari 500 pembunuhan tahun ini.
Polisi mengatakan sebagian besar pembunuhan itu terjadi di wilayah utara dan barat Chicago. Meskipun tingkat kejahatan di Chicago dan di wilayah AS lainnya tetap lebih rendah dibandingkan pada periode antara 1990 dan 1995, pembunuhan mulai melonjak di banyak kota-kota besar tahun lalu. [hd]