Kota kecil Ferguson, di negara bagian Missouri mengalami kerusuhan malam kedua yang dipicu oleh penembakan seorang remaja kulit hitam tak bersenjata oleh polisi.
Polisi yang mengenakan pakaian anti huru-hara menggunakan gas air mata dan peluru karet Senin malam untuk membubarkan banyak orang yang berkumpul di lokasi kejadian perkara di sebuah toko yang telah dijarah dan dibakar pada malam sebelumnya. Sedikitnya 32 orang ditangkap dalam kekerasan Minggu malam dan menghadapi berbagai tuduhan termasuk penyerangan, perampokan dan pencurian.
Kota kecil berpenduduk sekitar 21.000 orang yang terletak dekat St. Louis itu telah mengalami ketegangan sejak Michael Brown, 18 tahun, ditembak mati hari Sabtu (9/8) ketika ia dan seorang temannya berjalan dari sebuah toko.
Polisi Ferguson mengatakan Brown menyerang secara fisik polisi yang berada dalam mobil dinasnya, tetapi para saksi mata mengatakan Brown ditembak berkali-kali meskipun dia mengangkat tangan tanda menyerah.
Anggota polisi yang tidak diumumkan jatidirinya itu telah dikenai sanksi administratif. FBI telah membuka penyelidikan terpisah atas penembakan itu untuk menentukan apakah hak-hak sipil Brown dilanggar. Jaksa Agung Amerika Eric Holder merilis sebuah pernyataan hari Senin yang mengatakan kasus itu layak diselidiki secara menyeluruh.
Kasus itu muncul dalam ketegangan antara penduduk Ferguson yang mayoritas berkulit hitam dan pemimpin politik serta polisi yang sebagian besar berkulit putih.