Jaringan transportasi di pusat komersial China di Shanghai sebagian besar pulih, Selasa (14/9), meski topan Chanthu masih bertahan di lepas pantai.
Topan Chanthu membawa angin kencang dan hujan ke kota terbesar di China itu dan wilayah sekitarnya. Meski demikian, angin dan hujan yang ditimbulkannya tidak separah yang diperkirakan seandainya topan itu mendarat di Shanghai.
Badan Meteorologi China mengatakan, topan itu telah melemah, dan pada Selasa berada sekitar 225 kilometer dari timur Shanghai, dengan membawa angin yang berkecepatan maksimum 126 kilometer per jam. Badan itu memperkirakan Chanthu akan mulai bergerak ke timur laut menuju Korea Selatan dan Jepang pada Kamis (16/9).
Shanghai, Senin (13/9), menangguhkan penerbangan, kereta api dan layanan kereta bawah tanah, dan menutup sekolah-sekolah dan kantor-kantor untuk mengantisipasi kedatangan topan itu. Sekitar 100.000 orang dievakuasi dari daerah-daerah yang dianggap rentan, menurut media pemerintah.
Chanthu membasahi Taiwan dengan curah hujan hingga 13 centimeter pada hari Minggu ketika pusat topan tersebut melewati pantai timur pulau itu, sebelum menuju utara ke Shanghai.
Topan itu menerjang pulau Luzon di Filipina minggu lalu, tetapi tidak ada banjir atau kerusakan yang diakibatkannya. Topan disebut badai atau siklon di bagian lain dunia, tetapi sebetulnya merupakan fenomena cuaca yang sama.
Topan In-fa mendarat di selatan Shanghai pada akhir Juli, mengganggu penerbangan dan mendorong evakuasi sekitar 330.000 warga Distrik Fengxian di tepi selatan kota.
Hujan deras dan banjir pada bulan Juli menyebabkan kematian sedikitnya 292 orang di Zhengzhou, sebuah kota besar di provinsi Henan, China Tengah. Mereka yang tewas termasuk beberapa orang yang terperangkap di terowongan kereta bawah tanah kota itu. [ab/uh]