Menjalankan Ramadan di negeri orang pasti membawa kesan khusus. Nisa Pradesha dan Antono Dewanto adalah dua warga Indonesia yang menjalani bulan puasa mereka yang pertama di Amerika. Keduanya berasal dari Jakarta, dan tinggal di Amerika bersama keluarga.
Nisa Pradesha adalah ibu rumah tangga yang mendampingi suami, seorang periset di International Food Policy Research Institute di Washington DC. Mereka tinggal di kota Falls church di negara bagian Virginia.
Sementara, Antono Dewanto adalah seorang karyawan Bank Mandiri Jakarta. Ia kini tengah menempuh tugas belajar program MBA di University of Maryland. Ia tiba di Amerika bulan Oktober 2011.
Keduanya mengatakan cuaca dan waktu berpuasa yang lebih panjang di Amerika antara 16-18 jam merupakan tantangan utama.
“Sudah puasanya lama ditambah panas sekali perjuangannya sangat berat sekali, karena kita harus berbuka puasa jam sembilan malam, tidur kemudian bangun untuk sahur jam tiga pagi,” ujar Antono Dewanto.
Meskipun di Amerika, warga Muslim adalah minoritas tapi Nisa Pradesha cukup beruntung karena tinggal di lingkungan di mana banyak penduduk sekitarnya adalah warga Muslim dari berbagai negara bahkan, masjid yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya menyelenggarakan sholat isya dan tarawih setiap malam.
Nisa mengatakan, "Walaupun suasananya berbeda dengan suasana di Indonesia tapi alhamdulillah Muslim di daerah (tempat tinggal kami) ini cukup banyak sehingga kegiatan di masjid banyak, mereka juga menyediakan tempat untuk ibu-ibu yang punya anak ada fasilitas khusus untuk sholat berjamaah."
Umat Muslim Indonesia di Amerika tersebar di berbagai negara bagian, keterbatasan ini kata Antono menghalangi kegiatan silaturahmi seperti umumnya Ramadan di tanah air.
Antono Dewanto menambahkan, "Tidak seperti di Indonesia banyak orang yang kita kunjungi, bisa silaturahmi sedangkan disini terbatas, meskipun sebelumnya sempat berkumpul dengan warga Indonesia lain namun saat sudah menjalankan puasa disini rasanya juga berat kalau mau kumpul-kumpul karena harus dilakukan setelah jam sembilan malam setelah berbuka puasa."
Untuk menghilangkan rasa rindu dengan sanak keluarga selama Ramadan, Antono Dewanto mengatakan rutin berkomunikasi lewat Skype sementara Nisa Pradesha mengalihkan kerinduan pada keluarga dengan hidangan khas Indonesia untuk berbuka puasa dari resep yang diperoleh lewat internet.
Antono Dewanto dan Nisa Pradesha yakin bulan Ramadan pertama mereka di Amerika akan berjalan lancar dan ibadah bisa dilakukan lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya.
Nisa Pradesha adalah ibu rumah tangga yang mendampingi suami, seorang periset di International Food Policy Research Institute di Washington DC. Mereka tinggal di kota Falls church di negara bagian Virginia.
Sementara, Antono Dewanto adalah seorang karyawan Bank Mandiri Jakarta. Ia kini tengah menempuh tugas belajar program MBA di University of Maryland. Ia tiba di Amerika bulan Oktober 2011.
Keduanya mengatakan cuaca dan waktu berpuasa yang lebih panjang di Amerika antara 16-18 jam merupakan tantangan utama.
“Sudah puasanya lama ditambah panas sekali perjuangannya sangat berat sekali, karena kita harus berbuka puasa jam sembilan malam, tidur kemudian bangun untuk sahur jam tiga pagi,” ujar Antono Dewanto.
Meskipun di Amerika, warga Muslim adalah minoritas tapi Nisa Pradesha cukup beruntung karena tinggal di lingkungan di mana banyak penduduk sekitarnya adalah warga Muslim dari berbagai negara bahkan, masjid yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya menyelenggarakan sholat isya dan tarawih setiap malam.
Nisa mengatakan, "Walaupun suasananya berbeda dengan suasana di Indonesia tapi alhamdulillah Muslim di daerah (tempat tinggal kami) ini cukup banyak sehingga kegiatan di masjid banyak, mereka juga menyediakan tempat untuk ibu-ibu yang punya anak ada fasilitas khusus untuk sholat berjamaah."
Umat Muslim Indonesia di Amerika tersebar di berbagai negara bagian, keterbatasan ini kata Antono menghalangi kegiatan silaturahmi seperti umumnya Ramadan di tanah air.
Antono Dewanto menambahkan, "Tidak seperti di Indonesia banyak orang yang kita kunjungi, bisa silaturahmi sedangkan disini terbatas, meskipun sebelumnya sempat berkumpul dengan warga Indonesia lain namun saat sudah menjalankan puasa disini rasanya juga berat kalau mau kumpul-kumpul karena harus dilakukan setelah jam sembilan malam setelah berbuka puasa."
Untuk menghilangkan rasa rindu dengan sanak keluarga selama Ramadan, Antono Dewanto mengatakan rutin berkomunikasi lewat Skype sementara Nisa Pradesha mengalihkan kerinduan pada keluarga dengan hidangan khas Indonesia untuk berbuka puasa dari resep yang diperoleh lewat internet.
Antono Dewanto dan Nisa Pradesha yakin bulan Ramadan pertama mereka di Amerika akan berjalan lancar dan ibadah bisa dilakukan lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya.