Retorika kampanye di Amerika yang mengkritisi perjanjian perdagangan internasional dan ancaman tentang kemungkinan penarikan pasukan militer dari Asia dikesampingkan oleh banyak pengamat di kawasan itu, yang mengatakan kepentingan Amerika di luar negeri tetap konstan dan masalah yang dihadapi presiden berikutnya tetap rumit.
Baik calon Partai Republik Donald Trump maupun calon Partai Demokrat Hillary Clinton telah mengkritisi kebijakan perdagangan bebas, terutama terhadap perjanjian yang belum disahkan Trans-Pacific Partnership (TPP), yang menggemakan kemarahan publik yang semakin meningkat yang dinyatakan dalam kampanye karena hilangnya pekerjaan di Amerika dalam beberapa dekade ini.
Namun, TPP juga dimaksudkan untuk memberi perusahaan AS lebih banyak akses ke pasar di Asia untuk melawan kekuatan ekonomi China yang terus berkembang.
Clinton awalnya mendukung TPP ketika ia menjadi menteri luar negeri, dan pada tahun 2012 ia mengatakan bahwa TPP adalah “standar emas dalam perjanjian perdagangan” tapi mengubah pendiriannya saat berkampanye.
Trump selama ini terutama berpendirian sangat keras terhadap China, dan menuduh Beijing memanipulasi nilai mata uangnya untuk mendapatkan keuntungan perdagangan yang tidak adil. Dia mengancam akan menerapkan hukuman berupa tarif pada barang-barang China. Para ekonom mengatakan taktik demikian bisa memicu perang dagang yang akan merugikan kedua negara. [gp]