Seorang pejabat tinggi di Michigan, negara bagian kunci yang bisa menentukan pemenang pemilihan presiden AS, mengatakan negara bagian itu masih menghitung "puluhan ribu" surat suara.
Emosi memuncak di Detroit ketika sejumlah pengamat pemilu dilarang masuk ke ruang penghitungan suara pada Rabu (4/11) sore.
Presiden Partai Republik Donald Trump menang tipis di Michigan pada 2016. Namun pada Rabu (4/11) malam, beberapa media pemberitaan besar memproyeksikan penantang dari Demokrat, Joe Biden memenangkan negara bagian tersebut. Trump menegaskan dirinya akan berjuang dan menantang hasil pemilu di Michigan.
Emosi memuncak pada Rabu (4/11) sore di pusat kota Detroit ketika beberapa pejabat pemilihan kota memblokir sekitar 30 orang, sebagian besar dari Partai Republik, memasuki ruang penghitungan suara di TCF Center terkait pembatasan kapasitas untuk menahan penyebaran Covid-19.
Demokrat menyatakan mereka juga dilarang. Seorang petugas pemungutan suara kepada Reuters memaparkan Partai Republik "mencoba untuk memperlambat dan menghalangi penghitungan."
Polisi Detroit dipanggil untuk menegakkan keputusan itu dan beberapa dari mereka yang dilarang masuk aula merasa gelisah ketika petugas pemungutan suara menutupi jendela dengan kotak pizza dan karton-karton untuk mencegah sejumlah penantang mengintip ke dalam ruangan.
Banyak yang berdiri di luar aula menyuarakan protes sambil menyerukan "God Bless America,". Sementara kelompok kedua penantang pemilu dari Partai Republik yang ditolak masuk, berkumpul dalam lingkaran doa di luar pusat gedung sekaligus meneriakkan "Hentikan pemungutan suara" dan "Berhenti Menghitung Surat Suara."
Seorang komisioner pemilihan kota kemudian keluar dan menjelaskan bahwa pembatasan jumlah orang dalam ruangan itu diperlukan untuk melindungi dari bahaya virus corona, tetapi masih ada penantang pemilu dari semua partai di aula. Komisioner itu pergi setelah orang-orang terus berteriak padanya. [mg/ft]