Pemerintah Belgia dilaporkan menahan puluhan migran yang mencoba melintasi perbatasan Perancis hari Rabu, menambah krisis migran Uni Eropa yang semakin melebar dan semakin mengancam zona bebas paspor negara-negara Schengen yang sudah goyah. Dilema itu disorot hari Rabu oleh Amnesty International, yang mengecam tanggapan Eropa atas puluhan ribu migran yang terus berdatangan ke perbatasannya sebagai "memalukan."
Koran Le Soir, Belgia, melaporkan lebih dari 80 pencari suaka, umumnya dari Afghanistan, ditahan dekat kota pesisir Laut Utara, La Panne, di wilayah Flanders. Kebanyakan mereka datang dari kota pelabuhan Calais, Perancis, di mana upaya pemerintah meruntuhkan kamp tenda kumuh yang dikenal dengan "The Jungle" telah memicu kecaman pihak aktivis hak-hak migran.
The Jungle telah menampung ribuan pencari suaka dalam beberapa bulan terakhir. Angka saat ini, sekitar 4.000, Mereka telah mencoba menyeberangi Selat Inggris untuk sampai ke Inggris, tempat tinggal keluarga atau teman-teman, atau sekadar berharap mendapat sambutan yang lebih baik.
Hari Selasa, pemerintah Belgia mengumumkan "sementara keluar dari kontrol Schengen" dan mendirikan lagi pos-pos pemeriksaan perbatasan, karena khawatir para migran dari Calais itu akan menyeberang masuk ke Belgia, mengharapkan nasib yang lebih baik kalau sampai ke Inggris.
Menghadapi pemeriksaan perbatasan yang lebih ketat di Calais, migran sering mencoba menuju kota pelabuhan Zeebrugge, Belgia, berharap lebih beruntung dalam mencapai Inggris dengan feri, atau naik truk melalui Chunnel. Koran Le Soir melaporkan, migran yang ditahan hari Rabu ditanya apakah ingin mencari suaka di Belgia. Mereka yang menjawab ya, dikirim ke Brussels untuk membuat pengajuan resmi.
Di Perancis, nasib penghuni The Jungle di Calais terkatung-katung, menunggu putusan pengadilan setempat mengenai rencana untuk mengevakuasi dan merubuhkan bagian kamp itu pekan ini. Pemerintah semula memberi penghuni The Jungle sampai Selasa malam untuk meninggalkan bagian selatan kamp itu dan dimukimkan dalam apa yang disebut Container (peti kemas) berpemanas atau tempat penampungan lain yang kondisinya, menurut mereka, lebih baik daripada The Jungle yang kumuh dan berlumpur, sambil memungkinkan migran menunggu hasil pengajuan suaka. Tetapi kritikus memrotes langkah itu, menilai alternatif itu jauh dari ideal, dan tidak memberi migran kesempatan mencari suaka di Inggris.
Hari Minggu, selebriti Inggris termasuk aktor Jude Law dan dramawan Tom Stoppard mengunjungi The Jungle untuk menarik perhatian atas penderitaan mereka. Dalam surat terbuka yang diterbitkan surat kabar Le Monde keesokannya, puluhan tokoh dan asosiasi kemanusiaan menilai peti kemas itu "tidak manusiawi."
Pimpinan Uni Eropa kini berencana mengadakan KTT khusus dengan Turki pada 7 Maret, membahas berbagai pilihan lain untuk membendung arus pengungsi. [ka/al]