Upaya-upaya memulangkan lebih dari 98 ribu pengungsi etnis Myanmar ke negaranya dengan dukungan PBB mencapai kemajuan yang lambat, namun tekanan semakin meningkat karena para donatur internasional memangkas dana untuk kamp-kamp pengungsi di Thailand.
Para petugas bantuan kemanusiaan menyatakan keterbatasan mengenai dana terjadi di tengah-tengah ketidakpastian soal keamanan, serta isu-isu sistem kesehatan dan infrastruktur yang tidak memadai di Myanmar Tenggara, setelah konflik bertahun-tahun.
Sembilan kamp di perbatasan Thailand itu disediakan sejak pertengahan 1980-an sewaktu pengungsi membanjir ke Thailand untuk menghindari konflik antara laskar-laskar etnis bersenjata dan militer Myanmar.
Program-program untuk memulangkan kembali pengungsi semakin gencar sementara Myanmar beralih ke demokrasi setelah terpilihnya pemerintah sipil di bawah kepemimpinan Aung San Suu Kyi pada tahun 2015.
Pemerintah telah mengupayakan rekonsiliasi nasional maupun gencatan senjata dan perjanjian damai dengan laskar-laskar etnis. Tetapi kemajuan yang dicapai sangat lamban.
Saw Paul Sein Twa, direktur eksekutif Karen Environmental and Social Action Network (KESAN) mengatakan, meningkatnya tekanan agar para pengungsi meninggalkan kamp-kamp itu adalah karena pemangkasan dana oleh donatur internasional. [uh/as]