Kelompok Kerja PBB mengenai Penahanan Sewenang-wenang (WGAD) mengatakan dalam laporan yang dikeluarkan pekan ini bahwa “norma-norma internasional mengenai hak memperoleh peradilan yang adil dan kebebasan serta keamanan” tidak dipatuhi.
Phan-Gillis, yang menjalankan perusahaan konsultan yang membantu urusan antara perusahaan Amerika dan China, sedang berkunjung di China bersama delegasi dari kota Houston, Texas bulan Maret 2015 ketika pejabat China menahannya di perbatasan Makau. Ia dituduh sebagai mata-mata.
Phan-Gillis ditahan 6 bulan di tempat rahasia sebelum dipindahkan ke pusat penahanan di daerah Guangxi, China Selatan, di mana ia semula ditahan dalam sel tersendiri. Ia tidak diberi akses untuk pengacara dan tidak dapat berkomunikasi dengan keluarganya sejak September 2015, menurut laporan.
Gedung Putih telah mengatakan pada bulan September bahwa pihaknya telah memantau dengan seksama kasus tersebut dan telah mengajukan kepada pemerintah China “pertanyaan langsung” mengenai hal itu.
Penangkapan Phan-Gillis mengejutkan masyarakat keturunan Vietnam dan Tionghoa di Houston. Walaupun dia keturunan Tionghoa, dia lahir di Vietnam dan datang ke Amerika Serikat dari Vietnam sebagai pengungsi 40 tahun yang lalu.
Kasus itu mendapat perhatian baru menjelang kunjungan Sekjen PBB Ban Ki-moon ke Beijing pekan depan. [gp]