Kepolisian Indonesia memperingatkan, penjara-penjara di Indonesia beresiko menjadi sekolah atau tempat pelatihan teroris setelah seorang bekas tahanan ditangkap atas tuduhan merencanakan serangan terjadap Kedutaan Besar Denmark.
Kantor berita AFP mengatakan, seorang ekstrimis muslim, Abdullah Sunata, yang dianggap salah satu buronan yang paling dicari, ditangkap di Jawa Tengah Rabu lalu atas tuduhan merencanakan serangan ke kedutaan itu dan sebuah parade polisi.
Abdullah Sunata dibebaskan dari penjara tahun 2009 setelah menjalani hanya sebagian dari tujuh tahun masa tahanannya atas perannya dalam pemboman di Kedutaan Australia di Jakarta pada tahun 2004, yang menewaskan 10 orang.
Seorang pembantu Sunata, yang diidentifikasi bernama Sogir, ditangkap melalui sebuah penggerebekan terpisah, juga pernah dipenjarakan karena terlibat dalam serangan ke Kedubes Australia.
Seorang tersangka pelaku teror ketiga yang tewas dalam penggerebekan, yakni seorang mantan tentara, berubah menjadi radikal ketika menjalani masa hukuman penjara karena menyelundupkan amunisi.
Jubir Kepolisian Nasional Edward Aritonang mengatakan, kasus Sunata menjadi bukti lebih lanjut bahwa penjara-penjara beresiko menjadi sekolah atau tempat pelatihan teroris.