Perbatasan penting antara Wilayah Kurdistan Irak dan timur laut Suriah tetap ditutup satu minggu setelah bentrokan pecah antara pendukung partai besar Kurdi Suriah dan penjaga perbatasan di pihak Irak.
Pada 15 Desember, sekelompok pengunjuk rasa yang berafiliasi dengan Partai Persatuan Demokratik (PYD), partai yang secara de facto berkuasa di wilayah timur laut Suriah, bentrok dengan pasukan keamanan Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG) di dekat perbatasan Fishkhabour-Semalka. Insiden itu mendorong otoritas Kurdi Irak untuk menutup titik perbatasan tanpa batas waktu yang belum ditentukan.
Selain mencegah pergerakan wisatawan, penutupan perbatasan itu telah mengganggu transportasi komoditas menuju wilayah timur laut Suriah, di mana hal tersebut memicu kekhawatiran bahwa penutupan perbatasan dapat menyebabkan kekurangan bahan-bahan pokok di Suriah. Perbatasan tersebut adalah satu-satunya pintu masuk yang menghubungkan wilayah timur laut Suriah dengan dunia internasional.
Menurut Operasi Perlindungan Sipil dan Bantuan Kemanusiaan Eropa (ECHO), beberapa pengiriman pasokan penting mengalami kemacetan di perbatasan.
“Penutupan perbatasan Fishkhabour-Semalka berisiko memiliki dampak signifikan pada operasi kemanusiaan di Suriah Timur Laut yang membantu 1,8 juta orang,” kata ECHO dalam sebuah pernyataan, pada Rabu (22/12).
Organisasi bantuan itu menambahkan bahwa mereka “akan terus mengadvokasi dispensasi bagi pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut untuk memungkinkan komoditas kebutuhan dasar dapat dikirim ke Suriah dan untuk memfasilitasi pergerakan masuk dan keluar para pekerja bantuan kemanusiaan internasional dari Suriah.”
KRG mengatakan akan membuka perbatasan lain dengan Suriah pada Kamis (23/12) untuk memungkinkan pekerja bantuan internasional meninggalkan Suriah. [my/jm]