Dengan 3,22 juta ton sampah keseluruhan setiap tahunnya, Indonesia kini menjadi negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China yang setiap tahun menghasilkan 8,82 juta ton sampah. Disusul Filipina (1,88 juta ton), dan Vietnam (1,83 juta ton). Untuk mencari jalan keluar mengatasi masalah yang sudah terjadi bertahun-tahun ini, Kamis pagi (12/12) digelar rapat koordinasi dengan sepuluh menteri dan lembaga, dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Sedianya dijadwalkan akan ada konferensi pers selepas rapat itu, namun kemudian dibatalkan. Hanya Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) L.T. Handoko yang mau memberikan keterangan kepada wartawan.
Kepala LIPI L.T. Handoko menjelaskan pihaknya sudah melakukan penelitian mengenai banyaknya sampah di laut Indonesia. Hasilnya, volume sampah di perairan wilayah Indonesia setiap tahunnya mencapai 0,27-0,59 juta ton dan sebagian besar merupakan sampah plastik.
Dia menambahkan perairan yang paling banyak sampahnya berada di Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
"Ada sembilan muara di Tangerang, Jakarta, Bekasi. Ada sembilan muara sungai di situ," kata Handoko.
Handoko mengatakan kesembilan muara sungai yang mengalirkan sampah paling banyak ke laut itu adalah Dadap, Angke, Pluit, Ciliwung Ancol, Kali Item, Koja, Cilincing, Marunda, Bekasi. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah laut, lanjutnya, pemerintah sudah menargetkan akan mengurangi sampah di laut hingga 70 persen paling lambat pada 2025.
Menurutnya, pemerintah sudah menetapkan dua langkah strategis untuk menangani masalah sampah di perairan Indonesia. Pertama, bagaimana mengurangi volume sampah mengalir ke laut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengubah perilaku masyarakat supaya tidak membuang sampah sembarangan.
Langkah strategis kedua adalah bagaimana mengurangi volume sampah, misalnya dengan memperbanyak insulator (mesin penghasil listrik dari sampah) di tempat pembuangan akhir dan tempat-tempat pembuangan sementara.
Harus Ada Tindakan Segera Untuk Atasi Sampah di Laut
Di tempat yang sama, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan rapat pada Kamis tersebut dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana perkembangan penanganan sampah di laut.
"Harus ada tindakan, besar kecil tindakan itu harus kita lakukan. Saya pikir ini satu langkah besar dan terobosan, bagaimana pemerintah Indonesia menanggulangi permasalahan sampah di laut. Semua kementerian siap mendukung, bahu membahu," ujar Edhy.
Edhy Prabowo menambahkan Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah ditugaskan menangani sampah di perairan Labuan Bajo, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Dia menyebutkan volume sampah mengalir ke perairan Labuan Bajo sebanyak 8-12 ton per hari.
Kementeriannya, kata Edhy, sudah memiliki anggaran buat menangani masalah sampah di laut, terutama di lima daerah tujuan wisata unggulan, termasuk Labuan Bajo. Dia mengaku belum bisa memastikan jumlah kerugian akibat menumpuknya sampah di perairan Indonesia. Dia menegaskan kerugiannya sangat besar karena merusak biota laut. [fw/em]