Pandemi semakin memperkuat keyakinan bahwa pelibatan perempuan dalam pengambilan keputusan hingga di tingkat pemerintah terendah, sangat penting. Sudut pandang mereka memperbaiki layanan bagi masyarakat terdampak COVID-19.
Kondisi itu setidaknya terlihat di Banjaroya, sebuah kelurahan atau desa di Pegunungan Menoreh, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelurahan itu memiliki 178 relawan dalam program Kelurahan Aman COVID 19, di mana 18 orang diantaranya perempuan. Dalam pemberian paket bantuan, seperti diceritakan Carik Desa Banjaroya, Fitria Citra Devi, perempuan mewarnai isi di dalamnya.
“Jadi untuk penanganan pasien yang isolasi mandiri, dari desa juga diberikan bantuan logistik. Selain dari sembako, kami tambahkan juga bumbu dapur, misalnya bawang merah, bawang putih, terus kalau punya anak, kami berikan minyak telon, pampers dan lain sebagainya,” kata Devi.
Meski sekilas nampak sederhana, campur tangan perempuan dalam penentuan isi paket bantuan membawa dampak besar. Keputusan untuk memasukkan bumbu dapur segar dan kebutuhan bayi hanya bisa dipahami oleh relawan perempuan.
Devi memaparkan itu dalam diskusi Perempuan dalam Situasi Pandemi COVID 19 yang diselenggarakan Kalyanamitra, Rabu (10/3).
Dia juga menekankan, peran perempuan di pedesaan sangat besar di lingkup keluarga dalam pencegahan penularan COVID 19.
“Sebagai ibu rumah tangga, yang cerewet dan selalu mengingatkan suaminya kalau baru pulang dari luar, harus cuci tangan dulu. Kalau mau pergi keluar harus memakai masker. Itu juga peran penting perempuan dalam lingkungan paling kecil, yaitu rumah tangga,” tandas Devi.
Peran perempuan dalam menentukan siapa saja penerima bantuan juga penting, untuk memastikan perempuan yang berhak menjadi prioritas. Devi memberi contoh, kelurahan Banjaroya memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari dana kas kepada 184 penerima. Dari jumlah itu, 73 penerima adalah perempuan yang beberapa diantaranya adalah janda atau mereka yang ditinggal pergi suaminya.
Dasar Hukum Menentukan
Dalam diskusi yang sama, Ernawati Sukesi dari Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Kulonprogo, ikut menekankan pentingnya perempuan dalam pengambilan keputusan. Di tingkat kelurahan, kabupaten itu telah memiliki Peraturan Daerah nomor 10/2018 tentang Badan Permusyawaratan kelurahan. Perda ini mewajibkan, bahwa lembaga tersebut harus memiliki anggota perempuan di dalamnya.
“Ini menjadi peluang yang sangat bagus, karena kaum perempuan didorong untuk terlibat di dalam pengambilan keputusan mulai dari tingkat kelurahan. Berdasarkan kontribusi perempuan dalam penanganan COVID 19 ini, integrasi gender dalam proses penanganan COVID adalah sesuatu yang wajib,” kata Ernawati.
Perempuan, kata Ernawati, tidak hanya menjadi korban bencana terkait pandemi ini. Perempuan juga berperan sebagai penolong korban bencana. Karena itulah, perempuan harus terlibat dalam kerja-kerja Satgas di tingkat kelurahan, menjadi kader penolong dalam program isolasi bagi pasien positif, terlihat dalam penyediaan makanan hingga penyaluran bantuan lain.
Ernawati memberi contoh, di empat kelurahan yang ada di pegunungan Menoreh Kulonprogo, masing-masing telah memiliki dua perempuan dalam lembaga Badan Perwakilan kelurahan. Keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan di tingkat kelurahan, memberi peluang lebih dalam penyusunan program yang lebih adil.
Tidak hanya bagi perempuan sendiri, keterlibatan perempuan juga memberi angin segar untuk kelompok afirmatif lain, seperti lansia, kelompok disabilitas, anak dan warga miskin.
Sudut pandang perempuan dalam program-program selama pandemi ini penting, karena perempuan juga menyandang beban lebih besar. Ernawati menyebut, kebijakan pemerintah untuk bekerja dari rumah memaksa perempuan menyelesaikan pekerjaan kantor dan pekerjaan domestiknya. Masih ditambah lagi, anak-anak juga harus belajar di rumah dan beban terberat disandang oleh ibu mereka, yang tiba-tiba harus menjadi guru dan berpotensi melahirkan konflik baru.
“Biasanya ibu-ibu itu lebih galak dari gurunya, sehingga anak-anak malah justru bisa jadi stres ketika sekolah di rumah, karena ibunya lebih galak dari gurunya,” ujar Ernawati.
Seluruh persoalan itu, kata Ernawati menjadikan integrasi gender dalam pengambilan kebijakan terkait penanganan COVID-19 menjadi kian penting.
Sejumlah kelurahan di Kulonprogo menjadi mitra binaan Kalyanamitra terkait pemberdayaan peran perempuan. Ketua Kalyanamitra, Listyowati,mengaku perempuan dalam pandemi COVID-19 menjadi aktor penting. Perempuan menjadi garda terdepan untuk urusan-urusan yang memang selama ini mereka tangani secara langsung. Dia menyebut perempuan berperan penting di dalam kegiatan isolasi mandiri, menyediakan konsumsi, penyediaan tempat tinggal setidaknya di empat kelurahan di Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo yang menjadi mitra.
“Dan juga bagaimana peran perempuan di dalam ketahanan pangan di tingkat keluarga, kemudian sampai mencari sumber-sumber ekonomi keluarga, ini juga dilakukan oleh perempuan,” kata Listyowati.
Terkait dengan pendidikan anak selama pandemi COVID-19 yang semua dilakukan di rumah, Listyowati mendorong peran suami untuk juga menjadi guru bagi anak-anak mereka.
“Karena anak-anak bersama, jadi semuanya bisa berperan untuk menjadi guru bagi anak-anak di rumah,” tandasnya. [ns/ab]