"Kami sudah membuat penilaian bahwa Covid-19 bisa dikategorikan sebagai pandemi."
Itulah Thedros Adhanom Gebreyesus, pemimpin WHO. Meskipun WHO banyak di kritik oleh berbagai pihak, sejak 10 tahun yang lalu WHO sudah mempersiapkan kesiagaan menghadapi sebuah pandemi.
"Secara periodik beberapa negara melakukan latihan, bagaimana menangani pandemi, bagaimanan mengkoordinasi, bagaimana menangani human deteksi kasusnya, bagaimana surveillance-nya, bagaimana pencegahan, public health-nya, sampai hal-hal yang sangat detil semua ada dalam platformnya," ujar Doktor Budiono Santoso, mantan eksekutif WHO bidang kebijakan obat-obatan dan pakar farmakologi klinik.
Menurut Doktor Budiono, negara-negara seperti Vietnam, Mongolia, dan China yang patuh mengikuti latihan kesiagaan ini dan tingkat kepatuhannya tinggi sewaktu berhadapan dengan krisis pandemi Covid-19. Mereka jauh lebih siap.
"Contohnya Vietnam. Vietnam itu angka kematian atau case fatality rate-nya hampir nol dan mereka mampu mengendalikan dengan betul," ujar Budiono.
Namun kini yang ditunggu-tunggu oleh seluruh dunia adalah pengembangan sebuah vaksin anti-Covid-19, dan kembali WHO menjadi sorotan dunia. WHO bersama mitra-mitra kerja sama, terdiri dari negara donor, lembaga penelitian dan industri telah mengembangkan sebuah WHO Blueprint on Covid-19 atau Cetak Biru Penelitian Pengembangan WHO untuk Covid-19.
"WHO membuat platform untuk kerja sama, untuk koordinasi, untuk distribusi, untuk akses dan sebagainya," papar Budiono.
Menurut Budiono Santoso, sudah ada 115 kandidat vaksin di seluruh dunia, dan lima sudah memasuki tahap pengujian klinis.
Lembaga-lembaga yang bergerak untuk meneliti, mengembangkan vaksin dan obat-obat Covid baru ini hampir separuh di Amerika dan sebagian besar adalah sektor swasta. Sebanyak 14 persen hingga 20 persen di China, kemudian 14 persen di luar Cina, Jepang, Korea, India. Sekitar 20 persen berada di Eropa.
Diduga vaksin anti Covid-19 akan tersedia secara komersial dalam 18 bulan ke depan.
Mengingat inisiatif penelitian dan pengembangan ini adalah sektor swasta, maka untuk menjadikan vaksin anti-Covid itu sebuah obat yang terjangkau oleh masyarakat umum, perlu ada pengaturan baru berupa lisensi sukarela atau kepemilikan kolektif atas paten vaksin yang dihasilkan. Hal ini sedang diusahakan oleh WHO bersama mitra-mitra internasional yang lain. [jm/ii]