Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mengatakan ia akan meminta lebih banyak bantuan dari para sejawatnya di Uni Eropa pada pertemuan hari Senin (16/12) di Brussels. Dalam wawancara radio hari Minggu (15/12), Menlu Fabius mengatakan penambahan bantuan itu dapat mencakup pengiriman pasukan dari negara-negara lain ke Republik Afrika Tengah.
Perancis menginginkan mitra-mitranya di Eropa agar menciptakan dana untuk membiayai intervensi militer di luar Eropa, seperti operasi yang dipimpin Perancis di Republik Afrika Tengah yang sedang kacau. Pemerintah-pemerintah Eropa lainnya, yang sedang keluar dari masalah ekonomi bertahun-tahun, tidak terlalu bersemangat tentang gagasan tersebut.
Kepala kebijakan Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan di Brussels hari Senin (16/12) bahwa ke-28 negara anggota Uni Eropa tersebut berhak untuk memutuskan “bagaimana mereka hendak menggunakan sumber-sumber daya negara mereka”. Sementara Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans mengatakan “pada tahap ini, (imbauan Perancis) itu hanyalah sebuah gagasan.”
Perancis, yang telah memimpin beberapa intervensi militer di Afrika dalam beberapa tahun belakangan ini, sedang memperjuangkan gagasan tersebut pada pertemuan Uni Eropa pekan ini.
Perancis telah berjuang untuk membujuk negara-negara Eropa lainnya untuk membantu operasi di Republik Afrika Tengah, sebuah bekas jajahan Perancis. Perancis telah mengerahkan 1.600 tentara sebagai bagian dari upaya yang didukung PBB untuk memulihkan keamanan dan melindungi warga sipil. Fabius mengatakan beberapa negara kini menyediakan bantuan logistik, di antaranya Inggris, Jerman, Spanyol, Polandia dan Belgia.
Republik Afrika Tengah terjerumus dalam kerusuhan setelah pemberontak, gerakan Seleka yang didominasi Muslim, menggulingkan presiden negara itu pada bulan Maret.
Sekjen PBB Ban Ki-moon pekan lalu mengatakan bahwa kekerasan telah membuat negara itu di ambang kehancuran.
Perancis menginginkan mitra-mitranya di Eropa agar menciptakan dana untuk membiayai intervensi militer di luar Eropa, seperti operasi yang dipimpin Perancis di Republik Afrika Tengah yang sedang kacau. Pemerintah-pemerintah Eropa lainnya, yang sedang keluar dari masalah ekonomi bertahun-tahun, tidak terlalu bersemangat tentang gagasan tersebut.
Kepala kebijakan Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan di Brussels hari Senin (16/12) bahwa ke-28 negara anggota Uni Eropa tersebut berhak untuk memutuskan “bagaimana mereka hendak menggunakan sumber-sumber daya negara mereka”. Sementara Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans mengatakan “pada tahap ini, (imbauan Perancis) itu hanyalah sebuah gagasan.”
Perancis, yang telah memimpin beberapa intervensi militer di Afrika dalam beberapa tahun belakangan ini, sedang memperjuangkan gagasan tersebut pada pertemuan Uni Eropa pekan ini.
Perancis telah berjuang untuk membujuk negara-negara Eropa lainnya untuk membantu operasi di Republik Afrika Tengah, sebuah bekas jajahan Perancis. Perancis telah mengerahkan 1.600 tentara sebagai bagian dari upaya yang didukung PBB untuk memulihkan keamanan dan melindungi warga sipil. Fabius mengatakan beberapa negara kini menyediakan bantuan logistik, di antaranya Inggris, Jerman, Spanyol, Polandia dan Belgia.
Republik Afrika Tengah terjerumus dalam kerusuhan setelah pemberontak, gerakan Seleka yang didominasi Muslim, menggulingkan presiden negara itu pada bulan Maret.
Sekjen PBB Ban Ki-moon pekan lalu mengatakan bahwa kekerasan telah membuat negara itu di ambang kehancuran.