Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan ada resiko “perang saudara” di Republik Afrika Tengah (CAR), di mana pasukan Perancis kini berupaya melucuti senjata milisi dan mencegah memuncaknya aksi kekerasan.
Hollande menyampaikan pernyataan ini dalam persinggahan singkat ke ibukota Bangui, setelah menghadiri upacara mengenang Nelson Mandela di Afrika Selatan.
Hollande juga memberitahu tentara Perancis bahwa tujuan segera mereka di Republik Afrika Tengah itu adalah untuk membatasi dan melucuti milisi dan mencegah bentrokan-bentrokan.
Ia juga menyampaikan belasungkawa kepada dua tentara Perancis yang ditembak mati oleh kawanan bersenjata tak dikenal Rabu pagi.
Sekitar 1.600 personil tentara Perancis kini bekerjasama dengan pasukan negara-negara Afrika di Republik Afrika Tengah sebagai bagian dari upaya melaksanakan mandat PBB untuk memulihkan keamanan dan melindungi warga sipil.
Ratusan orang tewas di Bangui pekan lalu, selagi Dewan Keamanan PBB memerintahkan kehadiran pasukan negara-negara Afrika dan Perancis yang lebih besar di Republik Afrika Tengah itu.
Negara itu menjadi tidak terkuasai lagi setelah pemberontak yang sebagian besar Muslim – dan dikenal sebagai Seleka – menggulingkan Presiden Francois Bozize bulan Maret lalu.
Aksi penjarahan dan pembunuhan berbulan-bulan telah memicu pembalasan oleh sekutu-sekutu Bozize dan kelompok militan Kristen yang dikenal sebagai anti-balaka.
Hollande menyampaikan pernyataan ini dalam persinggahan singkat ke ibukota Bangui, setelah menghadiri upacara mengenang Nelson Mandela di Afrika Selatan.
Hollande juga memberitahu tentara Perancis bahwa tujuan segera mereka di Republik Afrika Tengah itu adalah untuk membatasi dan melucuti milisi dan mencegah bentrokan-bentrokan.
Ia juga menyampaikan belasungkawa kepada dua tentara Perancis yang ditembak mati oleh kawanan bersenjata tak dikenal Rabu pagi.
Sekitar 1.600 personil tentara Perancis kini bekerjasama dengan pasukan negara-negara Afrika di Republik Afrika Tengah sebagai bagian dari upaya melaksanakan mandat PBB untuk memulihkan keamanan dan melindungi warga sipil.
Ratusan orang tewas di Bangui pekan lalu, selagi Dewan Keamanan PBB memerintahkan kehadiran pasukan negara-negara Afrika dan Perancis yang lebih besar di Republik Afrika Tengah itu.
Negara itu menjadi tidak terkuasai lagi setelah pemberontak yang sebagian besar Muslim – dan dikenal sebagai Seleka – menggulingkan Presiden Francois Bozize bulan Maret lalu.
Aksi penjarahan dan pembunuhan berbulan-bulan telah memicu pembalasan oleh sekutu-sekutu Bozize dan kelompok militan Kristen yang dikenal sebagai anti-balaka.