Harga minyak dunia amblas sebesar 30 persen pada Senin (9/3). Harga minyak mentah AS tampaknya akan mencetak penurunan terbesar setelah Arab Saudi memangkas harga minyak dan berencana mengenjot produksi minyak secara dramatis pada April.
Harga-harga minyak turun sepertiga menyusul langkah Arab Saudi mulai mengobarkan perang harga. Arab Saudi membalas penolakan Rusia terhadap rencana pemotongan produksi minyak yang diusulkan OPEC untuk menstabilkan pasar minyak yang dihantam kekhawatiran merebaknya virus corona di seluruh dunia.
Harga minyak Brent anjlok sebesar $13,29 atau 29 persen menjadi $31,98 per barel. Brent bahkan sempat turun ke $31,02 per barel, level terendah sejak 12 Februari 2016. Pasar berjangka Brent bersiap untuk mencatat penurunan harian terbesar sejak 17 Januari 1991, hari dimulainya Perang Teluk.
Minyak West Texas Intermediate (WTI) juga bernasib sama. WTI turun sebanyak 32 persen atau $13,29 per barel setelah sempat menyentuh $27,34, level terendah sejak 22 Februari 2015. Harga acuan minyak AS itu berpotensi mencetak penurunan terbesar, melampaui penurunan sebanyak 33 persen pada Januari 1991.
“Saya pikir semua proyeksi itu sudah tidak berlaku,” kata Jonathan Barrat, kepala investasi di perusahaan sekuritas Probis Securities di Sydney. “Seperti balapan menuju titik dasar untuk mendapat pesanan.”
Menurut dua sumber Reuters, Arab Saudi berencana mengenjot produksi minyak mentahnya di atas 10 juta barel per hari pada April setelah kesepakatan untuk menahan produksi habis pada Maret ini. [ft/au]