Pasar global terus mengalami penurunan hari Jumat (28/2), di tengah-tengah kekhawatiran yang menyebar lebih cepat daripada penyebaran virus korona itu.
Virus korona, atau COVID-19, telah mengganggu rantai pasokan, menyebabkan dikeluarkannya larangan bepergian dan pada dasarnya menghancurkan bisnis dan perdagangan di seluruh dunia.
Para analis memprediksi pekan ini akan menjadi pekan terburuk sejak krisis finansial global 2008.
“Ini masa-masa dengan ketidakpastian yang tinggi, tak seorang pun tahu jawabannya dan pasar benar-benar panik,” kata John Lau, Direktur Investasi SEI Asian Equities kepada Reuters.
Bursa Tokyo dan Shanghai, Jumat (28/2) mengalami penurunan 3,7 persen, sementara Seoul dan Sydney juga turun lebih dari tiga persen. Pasar Eropa turun 2-3 persen dalam perdagangan awal.
Kekhawatiran mengenai virus korona dan dampaknya terhadap perdagangan global dan industri manufaktur membuat Indeks Dow Jones, Kamis (27/2) turun 1.191 poin, penurunan satu hari yang terbesar dalam sejarah. Ini menandai penurunan empat persen dalam satu hari terhadap nilai saham yang tercatat di bursa, dan penurunan 10 persen di Dow dari rekor tertingginya dua pekan silam saja. Indeks saham lainnya, S&P 500, turun 12 persen dari rekor tertingginya, yang tercatat baru sepekan silam.
Saham perusahaan teknologi juga turun hari Kamis (28/2), dengan perusahaan raksasa seperti Apple dan Microsoft memperingatkan bahwa virus itu telah berdampak pada jalur pasokannya dari Asia.
Saham energi juga terpukul antara lain oleh penurunan harga minyak baru-baru ini dan antisipasi bahwa lebih sedikit orang yang akan bepergian karena kekhawatiran mengenai virus korona.
Tak seorang pun yang sekarang ini tahu pasti arah perebakan wabah virus selanjutnya karena para pakar masih mempelajarinya.
Konsultan finansial Merrill Lynch Andrew Weltlinger mengatakan virus korona telah menakut-nakuti para investor dan menggelisahkan pasar.
Saran Weltlinger kepada investor adalah jangan panik, jangan menjual saham dengan harga rendah dan mendiversifikasi portofolio yang mencakup obligasi, yang akan naik pekan ini karena orang menganggapnya sebagai investasi yang lebih aman pada waktu bursa saham menghadapi masa sulit. [uh/ab]