Perdagangan saham grup media prodemokrasi terbesar di Hong Kong dihentikan Senin (17/5), beberapa hari setelah pihak berwenang membekukan aset pemiliknya yang dipenjarakan, Jimmy Lai, berdasarkan undang-undang keamanan nasional yang baru.
Pengumuman itu datang pada hari yang sama Lai -- yang sudah berada di penjara -- mengaku bersalah bersama sembilan aktivis lainnya atas tuduhan “berkumpul secara ilegal" – tuduhan terkini dari serangkaian tuduhan yang diajukan terhadap gerakan demokrasi kota itu.
Dalam sebuah pernyataan kepada bursa saham, Next Digital Limited --yang menerbitkan surat kabar Apple Daily -- meminta penghentian perdagangan itu sementara "menunggu rilis pengumuman" tentang aset Lai yang dibekukan.
Biro Keamanan Hong Kong, Jumat lalu, mengatakan pihaknya membekukan saham Lai di Next Digital serta tiga rekening banknya, dengan menggunakan undang-undang keamanan yang diberlakukan Beijing di kota itu tahun lalu.
Tindakan itu menandai kali pertama pihak berwenang menggunakan undang-undang itu untuk membekukan saham pemegang saham mayoritas perusahaan yang terdaftar -- sebuah langkah yang dapat menyebabkan kegelisahan lebih lanjut kalangan investor di pusat bisnis tersebut.
Sebagai seorang miliarder yang kaya raya, Lai, 73, telah lama menjadi duri bagi Beijing karena tabloidnya yang kerap mengeluarkan kritik pedas terhadap pemerintah dan dukungannya yang blak-blakan terhadap demokrasi.
Apple Daily, tabloid paling populer di kota itu, telah dengan gigih mendukung perjuangan prodemokrasi Hong Kong, termasuk protes besar-besaran yang sering kali diwarnai kekerasan yang melanda pusat keuangan internasional itu pada tahun 2019.
Otoritas China tidak merahasiakan keinginan mereka untuk melihat Apple Daily ditutup dan Lai dibungkam. Kepala polisi Hong Kong Chris Tang juga menuduh Apple Daily menyebarkan berita bohong.
Menanggapi aksi pihak berwenang, Apple Daily menunjukkan sikap membangkang selama akhir pekan. Surat kabar itu mengatakan bahwa rekening bank perusahaan itu sendiri tidak terpengaruh.
"Karyawan Apple Daily berjanji untuk terus berbicara tentang kebenaran tanpa rasa takut meskipun grup surat kabar itu sedang menghadapi masalah," kata surat kabar itu dalam sebuah laporannya akhir pekan lalu.
Artikel-artikel yang dipublikasikan akhir pekan itu termasuk kolom tentang penganiayaan Muslim Uighur di wilayah Xinjiang China, penggunaan hotline publik untuk melaporkan pelanggaran keamanan nasional dan sebuah editorial tentang kegiatan seorang petugas polisi keamanan nasional senior Hong Kong di sebuah panti pijat ilegal. [ab/uh]