Ketua parlemen Thailand mengumumkan hasil pemungutan suara, Sabtu, di mana Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva dengan mudah mempertahankan dukungan dari mitra-mitra koalisinya.
Abhisit memperoleh 249 dari 467 suara dalam parlemen setelah empat hari perdebatan yang kerap panas. Pemerintahan Abhisit menghadapi tuduhan dari fraksi oposisi mengenai penggunaan kekerasan yang berlebihan dalam menumpas demonstrasi anti-pemerintah tahun lalu di Bangkok.
Anggota Fraksi Demokrat Barunaj Smutharak mengatakan hasil pemungutan suara mencerminkan persatuan dalam pemerintahan koalisi dan himbauan oleh rakyat Thailand agar mengakhiri perpecahan sosial yang ditimbulkan oleh demonstrasi.
Menteri Keuangan Korn Chatikavanji, mengatakan hasil pemungutan suara itu positif bagi pemerintah. Ia menjelaskan, "Tidak ada tuduhan-tuduhan yang dapat menjelaskan keprihatinan pihak oposisi. Menurut saya rakyat umumnya puas karena hasil pemungutan suara mencerminkan sentimen publik mengenai bagaimana perdebatan berlangsung. Jadi secara keseluruhan kami merasa puas.”
Tetapi Kudeb Saikrajang, anggota fraksi Puea Thai yang beroposisi, mengatakan walaupun pemungutan suara mengikuti garis-garis koalisi, perdebatan yang disiarkan secara nasional memberikan partai oposisi kesempatan untuk mengajukan kebijakan-kebijakannya sebelum pemilu yang dijadwalkan akhir tahun ini. “Tujuan utama perdebatan ini bagi Fraksi Puea Thai adalah mengirim pesan kepada para pendukung partai ini. Menurut saya, mereka telah melaksanakan tugas dengan baik dalam perdebatan walaupun fraksi Demokrat berhasil baik membela diri. Mereka yang mendukung Partai Puea Thai akan tetap menunggu pemilu," ujarnya.
Kudeb mengatakan oposisi juga berharap memenangkan suara dari kelompok menengah dan perkotaan.
Ini adalah mosi tidak percaya ketiga yang dihadapi Perdana Menteri Abhisit. Pemimpin Thailand ini berharap dapat membubarkan parlemen awal Mei dengan menjadwalkan pemilu bulan Juli. Partainya, Partai Demokrat, sekali lagi akan berhadapan dengan partai yang didukung mantan pemimpin Thaksin Shinawatra.