Tujuh wanita Amerika Serikat (AS) yang datang dari berbagai organisasi mengunjungi Kabul minggu lalu meskipun Departemen Luar Negeri AS memperingatkan agar warga AS agar tidak bepergian ke Afghanistan karena “kerusuhan sipil, konflik bersenjata, kejahatan, terorisme, penculikan, dan COVID-19” yang melanda Afghanistan.
Kelompok itu, termasuk satu dari organisasi akar rumput yang dipimpin perempuan bernama Code Pink, menghabiskan waktu seminggu dalam pertemuan dengan para pejabat Taliban, masyarakat setempat, dan aktivis hak-hak perempuan. Mereka mengatakan mereka pulang dengan rasa “kecewa.”
“Tujuan (perjalanan) awalnya adalah untuk merayakan pembukaan sekolah perempuan,” kata Medea Benjamin, salah seorang pendiri Code Pink yang ikut dalam rombongan, dalam sebuah wawancara telepon dari rumahnya di San Francisco.
Tetapi dua hari sebelum melakukan perjalanan ke Afghanistan, kelompok itu diberitahu bahwa Taliban, bertentangan dengan jaminan sebelumnya, secara tak terduga telah memperpanjang larangan sekolah menengah bagi anak perempuan.
“Kami memperdebatkan apakah kami harus tetap pergi dan memutuskan bahwa penting untuk menunjukkan dukungan kami kepada gadis-gadis Afghanistan dan mencoba melakukan apa pun yang kami bisa lakukan untuk meyakinkan Taliban bahwa (pelarangan) itu adalah keputusan yang sangat buruk,” kata Medea Benjamin.
Menurut Benjamin para pejabat Taliban mengatakan kepada kelompok dalam kunjungan itu bahwa larangan sekolah itu bersifat sementara.
Larangan sekolah itu telah menerima kecaman universal, termasuk dari kalangan ulama Islam di dalam dan di luar Afghanistan, yang telah meminta para pemimpin Taliban untuk membuka kembali sekolah bagi anak perempuan. [lt/jm]