Sebagaimana jutaan anak sekolah lainnya di Amerika, siswa di Baltimore, Gosha Kantsler belajar lewat laptop tahun ini. Biasanya butuh waktu 20 detik untuk masuk ke dalam sistem computer sekolah. Namun pada akhir November ada sesuatu yang tidak biasa.
“Saya berusaha masuk tetapi tidak bisa. Jadi saya menelpon teman saya dan bertanya ada apa? Dan menurut dia sistem komputer sekolah telah diretas," kata Gosha Kantsler.
Itu tidak hanya dialami sekolah Gosha saja, peretas menginfiltrasi seluruh sistem Sekolah Negeri Baltimore County.
Peretas mencuri daftar nama siswa, nama orang tua mereka, alamat, informasi keluarga dan kontak, serta menuntut uang tebusan untuk memulihkan sistem komputer.
Akibatnya, Baltimore County terpaksa memutuskan akses ke Internet untuk seluruh sistem Sekolah Negeri Baltimore County sehingga lebih dari 115 ribu siswa tidak bisa mengikuti pelajaran dan para orang tua kebingungan.
“Biasanya sekolah mengirim email kalau ada sesuatu, juga ada pesan-pesan penting di situs sekolah, jadi saya kaget, kali ini tidak ada pemberitahuan apa-apa, seperti mengalami situasi vakum! Anak-anak ditelepon oleh sekolah dan itu saja – malah tadinya saya kira itu aksi jahil. Lalu beberapa jam kemudian guru putri saya menelpon dan menjelaskan mereka harus menelpon karena sistem email tidak jalan, dan mereka tidak bisa menggunakan komputer," kata Ekaterina Denisova, orang tua Gosha.
Selama lebih dari tiga hari sistem komputer sekolah diblokir.
Seperti teman-teman sekelasnya, Gosha tidak perbolehkan menggunakan komputer sekolah, dan tidak ada pelajaran selama satu minggu.
Kini sekolah kembali menyelenggarakan kelas virtual. Namun, para orang tua masih belum bisa mencek nilai pelajaran anak-anak mereka. Pengelola sekolah tidak tahu apa yang dilakukan peretas dengan semua data yang mereka curi.
“Untung kami tidak membeberkan informasi finansial disana, seperti kartu kredit kami. Peretas hanya memperoleh nama, alamat, dan jumlah anak-anak," kata Ekaterina Denisova.
Polisi setempat dan FBI masih menyelidiki identitas para peretas ini. Namun apa yang terjadi Baltimore semakin sering terjadi, lebih dari 36 peretasan telah dilancarkan terhadap sekolah-sekolah sejak awal pandemi.
“Serangan-serangan besar ini benar-benar menjadi masalah, yakni yang mengganggu seluruh sistem, sampai-sampai seluruh distrik sekolah harus ditutup. Kemudian mereka minta uang tebusan sebagai imbalan pemulihan sistem," kata Domenech dari Asosiasi Pengelola Sekolah Amerika.
Pakar mengatakan, beberapa sistem sekolah rentan karena sistemnya sudah lama dan mudah diretas.
Mereka mengatakan, pembaharuan sistem-sistem itu harus dibahas pada tingkat nasional. [jm/my]