Tautan-tautan Akses

Pertanyaan Bermunculan Seputar Masa Depan Biden, Harris, dan AS


Presiden AS Joe Biden dan Wapres AS Kamala Harris (foto: dok).
Presiden AS Joe Biden dan Wapres AS Kamala Harris (foto: dok).

Keputusan Presiden Joe Biden pada hari Minggu (21/7) untuk mundur dari pencalonan presiden tidak hanya mengejutkan Gedung Putih, tapi juga rakyat Amerika dan bahkan masyarakat internasional. Keputusannya ini menimbulkan ketidakpastian mengenai siapa calon presiden Partai Demokrat.

Apa yang terjadi sekarang dalam politik Amerika, setelah pengunduran diri Presiden Joe Biden pada hari Minggu dari pemilihan presiden?

Hingga Selasa sore, sepertinya semuanya belum jelas, dan berbagai teori pun beredar.

Namun, sebagai refleksi tentang masa lalu dari orang yang kini menjadi pusat perhatian, pada hari Senin, calon presiden pilihan Biden, Wakil Presiden Kamala Harris, tampil untuk pertama kalinya pasca pengumuman tersebut. Ia menyambut para atlet perguruan tinggi di sebuah acara di Gedung Putih.

Dia mengatakan Biden, yang sedang menjalani masa pemulihan dari COVID-19 di rumahnya di Delaware dan tidak terlihat di depan umum sejak minggu lalu, “pulih dengan cepat.”

“Warisan pencapaian Joe Biden selama tiga tahun terakhir tidak ada tandingannya dalam sejarah modern. Dalam satu periode, dia sudah...Ya, Anda boleh bertepuk tangan. Dalam satu periode, dia telah melampaui warisan sebagian besar presiden yang telah menjabat selama dua periode,” kata Kamala Harris.

Namun, para pengkritik Biden dari Partai Republik mempertanyakan apakah dia harus tetap menjadi presiden, seperti disampaikan oleh ketua DPR Mike Johnson dari Partai Republik.

“Jika semua orang mengakui bahwa dia tidak mampu meneruskan kampanye, dia jelas tidak mampu mengelola negara,” tukasnya.

Para pendukungnya lebih optimistis, dengan para petinggi Partai Demokrat mulai mengungkapkan dukungan bagi Harris, termasuk Adam Schiff, anggota DPR Demokrat dari California.

“Saya sangat yakin bahwa dia bisa mengalahkan Donald Trump. Dan saya sangat gembira dengan betapa cepatnya orang-orang bersekutu untuk mendukung pencalonannya.”

Namun, menurut para pakar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, termasuk kemungkinan adanya penolakan.

Peter Loge adalah profesor media dan hubungan masyarakat di Universitas George Washington. Dia berbicara dengan VOA lewat tautan Zoom.

“Penelitian menemukan bahwa ramalan para pakar politik lebih sering meleset. Jadi, saya tidak akan mentah-mentah menerima apa pun yang dikatakan orang-orang seperti saya,” ujarnya.

Para sejarawan menolak gagasan bahwa kejadian mengejutkan ini dapat menyebabkan ketidakstabilan.

Thomas Schwartz adalah profesor sejarah di Universitas Vanderbilt, di Nashville, Tennessee, yang berbicara dengan VOA lewat tautan Zoom.

“Saya pikir Gedung Putih adalah mesin yang jauh lebih besar dibandingkan presidennya sendiri. Dan sejatinya, dia akan menjadi presiden “lame duck” (tidak banyak menentukan kebijakan). Kita pernah mempunyai presiden-presiden yang lemah pada masa lalu dan itu sebenarnya bukan masalah dan bukan sebuah bahaya besar.”

Pertanyaan Bermunculan Seputar Masa Depan Biden, Harris, dan AS
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:34 0:00

Dan, sebagian analis mengatakan bahwa hal ini membuat keseluruhan pemilu menjadi lebih sederhana.

William Galston adalah peneliti senior di Brookings Institution, sebuah lembaga penelitian kebijakan di Washington, D.C.

“Akan ada pembagian tanggung jawab. Dia akan menjadi presiden. Kamala Harris akan menjadi kandidatnya, dan ini memudahkan keduanya karena masing-masing memiliki pekerjaan yang berbeda.”

Namun, kejelasan itu masih membawa kita pada pertanyaan terbesar, yang hanya bisa dijawab oleh pemilih Amerika, pada bulan November: Siapa yang bisa tinggal di Gedung Putih selama empat tahun ke depan? [lt/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG