Juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menyatakan pertemuan darurat OKI tersebut merupakan permintaan sekaligus usulan dari Indonesia.
Dua pekan setelah dua polisi Israel tewas ditembak tiga lelaki Palestina di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur, situasi di kawasan itu masih tegang. Untuk mengantisipasi terjadinya bentrokan besar-besaran seperti Jumat minggu lalu, aparat keamanan Israel hari Jumat ini (28/7) kembali membatasi warga muslim yang ingin melakukan sholat Jumat.
Israel melarang lelaki dan perempuan muslim Palestina berumur di bawah 50 tahun sholat Jumat di dalam Al-Aqsa. Alhasil, ribuan warga muslim Palestina sholat di jalanan.
Situasi ini akan menjadi salah satu bahasan utama dalam sidang darurat Komite Eksekutif Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang digelar di Kota Istanbul, Turki, pada 1 Agustus mendatang.
Dalam jumpa pers mingguan di kantornya, Jumat (28/7), juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menjelaskan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi akan menghadiri pertemuan penting yang merupakan permintaan sekaligus usulan dari Indonesia kepada Sekretaris Jenderal OKI Yusuf al-Utsamain dan beberapa negara anggota.
Arrmanatha mengatakan dalam pertemuan OKI itu Indonesia akan menyampaikan posisi dan langkah-langkah telah dan akan dilakukan Indonesia menghadapi memburuknya situasi di Al-Aqsa.
"Kita akan meminta kembali soliditas persatuan negara-negara anggota OKI dalam tidak saja menjaga status quo dari kompleks Masjid Al-Aqsa, jugamendorong dan terus mengupayakan kemerdekaan Palestina," ujar Arrmanatha.
Setelah dua petugas polisinya terbunuh, aparat keamanan Israel langsung menutup kompleks Al-Aqsa serta sekaligus membatalkan pelaksanaan sholat Jumat di sana. Ini merupakan pembatalan sholat Jumat pertama di Al-Aqsa dalam 48 tahun terakhir.
Dua hari kemudian, Israel membuka kembali kompleks Al-Aqsa, namun memasang detektor logam dan kamera-kamera canggih di pintu masuk. Pengamanan tambahan ini diprotes keras warga Palestina, sehingga mereka menolak sholat di dalam Al-Aqsa dan memilih beribadah di jalanan.
Mereka menilai tambahan perangkat pengamanan tersebut merupakan upaya Israel mengontrol Al-Aqsa. Warga muslim Palestina baru sholat lagi di Al-Aqsa kemarin setelah detektor logam dan kamera pengintai di gerbang masuk dibongkar.
Arrmanatha menambahkan Indonesia juga akan menyuarakan konsep untuk mendorong masyarakat internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, memberikan perlindungan bagi kompleks Masjid Al-Aqsa.
Lebih lanjut Arrmanatha menjelaskan dalam sidang darurat OKI itu, Indonesia akan kembali mengingat seluruh anggota bahwa OKI itu dibentuk untuk memerdekakan Palestina.
"Sekarang sudah 50 tahun penjajahan terjadi di Palestina, namun kita masih belum berhasil membebaskan Palestina. Oleh karena itu, kita ingin mengingatkan bahwa kita tidak bisa menunggu 50 tahun lagi. Kita akan berusaha juga dalam pertemuan tersebut untuk meningkatkan persatuan negara-negara OKI untuk bisa mendorong masyarakat internasional terhadap penyelesaian situasi di Palestina," tambahnya.
Krisis Al-Aqsa ini telah menewaskan lima warga Palestina dan tiga warga Israel. Bentrokan dengan aparat keamanan Israel juga telah melukai lebih dari seribu orang Palestina. [fw/em]