“Dialog Strategis Amerika – Thailand” hari Rabu (16/12) membahas beragam isu, mulai dari perdagangan dan keamanan regional, hingga isu-isu yang lebih luas di kawasan Asia Pasifik.
Wakil Menteri Luar Negeri Amerika untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel Russel mengatakan Washington ingin Thailand bersatu, stabil, aman, makmur dan berpengaruh. Russel mengatakan telah melangsungkan “diskusi yang terus terang dan substantif” dengan Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha yang memimpin kudeta di Thailand tahun 2014.
“Ada sejumlah area di mana kita tidak bisa mencapai kesepakatan. Tetapi satu hal yang kita sepakati adalah pentingnya rakyat Thailand menyusun peta jalan menuju pemerintahan demokratis yang dipimpin rakyat madani,” kata Russel.
Ketegangan timbul bulan lalu setelah Duta Besar Amerika untuk Thailand Glyn Davies mengecam panjangnya hukuman penjara yang diberlakukan dalam UU untuk melindungi keluarga kerajaan Thailand dari pencemaran nama baik.
Beberapa vonis baru-baru ini menjatuhkan hukuman hingga 30 tahun dengan seorang laki-laki berusia 27 tahun yang pada hari Rabu (16/12) diadili mahkamah militer dengan ancaman hukuman hingga 37 tahun karena memasang pernyataan di sosial media tentang anjing kesayangan Raja Thailand.
Russel mengatakan seruan Amerika untuk mendukung HAM itu tidak secara spesifik menarget Thailand.
“Hak asasi yang diperjuangkan Amerika dan negara-negara lain tidak secara khusus menyangkut Thailand saja, tidak menyangkut Amerika saja, ini adalah hak asasi universal. Ini adalah kebebasan yang diupayakan dan layak dimiliki setiap orang. Adalah harapan utama kami bahwa hak-hak rakyat Kerajaan Thailand akan diwujudkan dalam bentuk gabungan pemerintah demokratis sipil yang stabil,” ujarnya.
Pemerintah militer Thailand mengatakan begitu reformasi konstitusi diberlakukan, pemilu bisa dilangsungkan pada tahun 2017. [em/ds]