Lebih dari 100 perusahaan besar Amerika bergabung untuk mendesak Kongres agar melindungi imigran yang dibawa ke Amerika secara ilegal selagi masih anak-anak. Mereka menandatangani surat terbuka berupa iklan sehalaman penuh pada surat kabar besar hari Kamis (11/1).
Perusahaan-perusahaan itu mengimbau tindakan segera guna membantu pekerja yang akan kehilangan perlindungan dari program pemerintah, disebut Deferred Action for Childhood Arrivals, disingkat DACA, bulan Maret nanti.
Chief executive Google, Amazon, Facebook, dan Apple - dikenal sebagai GAFA - bersama IBM, Microsoft, Coca-Cola, General Motors, AT&T, Marriott, Hilton dan puluhan perusahaan lain, menandatangani surat yang meminta perlindungan bagi mereka yang tercakup dalam program tersebut, yang disebut Dreamers.
September lalu, Presiden Donald Trump membatalkan program itu, tetapi memberi waktu enam bulan. Artinya, orang-orang yang tercakup program DACA atau Dreamers akan dideportasi mulai bulan Maret.
Surat tersebut menyuarakan keprihatinan analis dan pengusaha yang menyatakan ekonomi akan rugi 215 miliar dolar dalam PDB jika 800 ribu Dreamers keluar dari pekerjaan, pada saat banyak perusahaan kesulitan mengisi posisi yang lowong.
Seorang hakim Amerika pekan ini memerintahkan pemerintah federal memulihkan DACA sementara menunggu justifikasi mengenai rencana untuk membatalkan program itu. Itu akan memungkinkan Dreamers mengajukan permohonan untuk memperbarui status mereka dalam program yang diberlakukan oleh Presiden Barack Obama sejak tahun 2012, kecuali jika dibatalkan oleh pengadilan yang lebih tinggi.
Kelompok advokasi imigrasi mencatat, Dreamers memenuhi persyaratan dan telah menjalani pemeriksaan latar belakang yang ketat, dan tidak menerima bantuan keuangan pemerintah, tetapi membayar pajak karena status mereka memungkinkan mereka bekerja secara sah. [ka/ii]