Salah satu perusahaan minyak sawit terbesar di dunia mengatakan tuduhan pelecehan seksual di salah satu perkebunannya telah dicabut. Perusahaan itu mengatakan kasus tersebut sudah ditutup ketika Associated Press melakukan investigasi tentang pelecehan dialami buruh perempuan di perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia.
AP tidak mengungkap identitas para pekerja yang diwawancarai dan dikutip untuk pemberitaan pada 24 November itu. Lokasi tempat mereka bekerja juga dirahasiakan karena sejumlah liputan sebelumnya mengenai penyiksaan terhadap buruh di industri minyak sawit yang beromzet miliaran dolar mengakibatkan tindakan balasan terhadap para buruh tersebut.
Sime Darby Plantation, yang memasok minyak sawit ke beberapa perusahaan makanan dan kosmetik papan atas Barat, mengatakan pada Senin (15/12), pihaknya melacak dan menanyai dua pekerja perempuan berdasarkan rincian dalam laporan AP. Detil informasi dalam laporan AP mirip dengan pengaduan pelecehan seksual kepada perusahaan pada April 2019, tapi ditarik dua bulan kemudian.
Saat meninjau kembali kasus tersebut, Sime Darby mengatakan salah satu pekerja perempuan yang didekati tidak ingin membuka kembali masalah tersebut dan membantah bahwa dirinya sering menerima "pernyataan menyinggung."
Perusahaan mengatakan perempuan kedua yang diidentifikasi sebagai target pelecehan membantah bahwa dia menuduh bosnya melakukan pelecehan verbal. Perusahaan menegaskan kedua karyawan tersebut tidak dipaksa atau diintimidasi saat memberi pernyataan itu.
Adeline Amanda Jaiyaseelan, Kepala Hubungan Karyawan dan Industrial, mengatakan pria yang dituduh mengatakan "ayo, tidur dengan saya. Saya akan memberi kamu anak," sudah mundur dari jabatannya secara suka rela. Sime Darby siap memberikan konseling dan akses ke bantuan lain jika kasus tersebut dibuka kembali.
Malaysia dan Indonesia menyumbang 85 persen dari pasokan minyak sawit dunia senilai $ 65 miliar. Minyak sawit adalah minyak nabati murah dan serba guna yang tidak saja menjadi bahan baku setengah dari barang-barang konsumsi di supermarket, tetapijuga di sebagian besar merek kosmetik.
AP mewawancarai lebih dari tiga lusin perempuan dan anak perempuan dari setidaknya 12 perusahaan. Dari hasil wawancara itu, AP mendapati bahwa pekerja perempuan melakukan sejumlah pekerjaan yang paling sulit dan berbahaya di industri tersebut. Mereka juga menanggung risiko pelecehan verbal dan pelecehan seksual, termasuk pemerkosaan.
Kebanyakan korban terlalu malu untuk mengungkapkan tentang pelecehan tersebut. AP mendapati bahwa perusahaan kerap mengabaikan kasus-kasus pelecehan yang sudah dilaporkan atau ditutup oleh polisi. Kekhawatiran akan aksi balas dendam sangat tinggi di banyak kalangan buruh perempuan di perkebunan-perkebunan terpencil. Terutama mereka yang bergantung pada fasilitas hunian yang dimiliki oleh perusahaan.
“Pekerjaan yang saat ini kami coba lakukan sekarang, pada dasarnya, adalah memastikan bahwa kami memiliki saluran yang tersedia dan mekanisme pengaduan, dan bahwa orang-orang menyadarinya dan tidak takut untuk menggunakannya,” kata Rashyid Redza, Kepala Keberlanjutan. “Cukup banyak waktu telah dihabiskan untuk mencoba meningkatkan kesadaran seputar masalah ini.”
Dewan Minyak Sawit Malaysia dan Asosiasi Minyak Sawit Indonesia mengatakan mereka menentang segala bentuk pelecehan seksual dan menanggapi semua tuduhan dengan serius. [ah/au/ft]