Di hadapan Sidang Majelis Umum PBB Jumat pagi (2/10) waktu New York, Menteri Luar Negeri Suriah menegaskan bahwa serangan udara saja tidak akan cukup untuk memberantas ISIS kecuali jika ada koordinasi dengan pemerintah di Damaskus. Hal ini disampaikannya seiring dengan dunia internasional kelabakan bagaimana harus menanggapi serangan Rusia terhadap Suriah, yang menurut Moskow ditujukan kepada ISIS namun menurut Barat menarget posisi pemberontak oposisi musuh Presiden Bashar Al-Assad.
Menurut Menlu Suriah Walid al-Moallem, serangan Rusia ini berdasarkan permintaan pemerintah di Damaskus dan terbukti efektif mendukung upaya Suriah memberantas terorisme. Ia menyatakan komitmen Damaskus dalam perang melawan teror seiring menempuh jalur politik guna mengakhiri perang saudara Suriah yang kini memasuki tahun kelima. Menurutnya Suriah akan berpartisipasi dalam kelompok kerja pimpinan PBB menuju perundingan perdamaian putaran ketiga di Jenewa.
Amerika Serikat yang menginginkan lengsernya Presiden Suriah Bashar Al-Assad, mempertanyakan pernyataan Moskow bahwa serangan udaranya ditujukan pada sasaran ISIS di Suriah, dan menyatakan target sasaran dekat kota Homs merupakan kantong oposisi moderat yang melawan Al-Assad, dukungan Washington. Negara-negara dalam koalisi AS telah menyerukan pada Rusia untuk menghentikan serangan terhdap oposisi Suriah dan fokus pada target ISIS.
Minggu ini salah satu fokus utama di Sidang Umum PBB adalah membendung ketegangan AS-Rusia terkait Suriah, termasuk bagaimana mencegah agar militer kedua negara ini yang berada dalam posisi berseberangan di Suriah, tidak saling menghantam posisi satu sama lain secara tidak sengaja.
