WASHINGTON —
Sebuah pesan rahasia yang disadap antara pemimpin al-Qaida Ayman al-Zawahri dan wakilnya di Yaman mengenai rencana-rencana serangan teror besar adalah pemicu penutupan banyak kedutaan besar AS, menurut pihak berwenang, Senin (5/8).
Seorang pejabat intelijen AS dan seorang diplomat Timur Tengah mengatakan bahwa pesan al-Zawahri didapat beberapa minggu lalu dan awalnya tampak seperti menyerang Yaman. Ancaman tersebut kemudian meluas dan mencakup Amerika serta situs-situs Barat lainnya di luar negeri.
Para sumber-sumber lain mengatakan bahwa meski beberapa jenis pesan antara Zawahri dan afiliasi al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP) ditangkap baru-baru ini, ada aliran data intelijen lain yang berkontribusi pada kewaspadaan keamanan tersebut.
Para pejabat AS mengatakan masih belum ada informasi mengenai target atau lokasi spesifik dari serangan potensial tersebut, namun ancaman terhadap kepentingan-kepentingan Barat belum hilang.
“Ini ancaman yang serius,” ujar anggota legislatif AS Dutch Ruppersberger kepada stasiun televisi CNN.
“Saya telah melihat data intelijen tersebut. Ancaman itu datang dari posisi-posisi tertinggi dalam al-Qaida. Dan terutama fokus pada Semenanjung Arab, Yaman dan wilayah-wilayah semacam itu.”
ABC News pada Senin melaporkan bahwa seorang pejabat senior AS mengatakan pihak-pihak berwenang “secara panik mencari” bom-bom kendaraan yang ingin digunakan al-Qaida untuk mengebom kedutaan besar AS di Yaman dan kemungkinan kedutaan-kedutaan lainnya.
Kedutaan Yaman di Washington sendiri telah mengeluarkan pernyataan berisi daftar 25 teroris paling dicari yang dikatakan merencanakan operasi di ibukota Sanaa. Kedutaan menawarkan hadiah bagi informasi yang akan membantu penangkapan mereka.
“Pemerintah Yaman telah mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk mengamankan fasilitas-fasilitas diplomatik, fasilitas-fasilitas vital dan aset-aset strategis,” menurut pernyataan tersebut.
Bruce Riedel, mantan pejabat agen rahasia CIA dan sekarang memimpin the Brookings Intelligence Project di Washington, mengatakan bahwa komunikasi antara al-Qaida dan afiliasinya tidak berarti AQAP menerima perintah dari Zawahri.
“Ini menunjukkan bahwa inti al-Qaida masih menjalankan mesin teror global. Ini gambaran yang kompleks,” ujarnya.
“Zawahri tidak selalu mendapat apa yang ia cari namun ia belum dapat tersanggah sebagai pewaris bin Laden.”
Daniel Benjamin, mantan pejabat antiterorisme Kementerian Luar Negeri AS yang sekarang mengajar di Dartmouth College, mengatakan bahwa afiliasi al-Qaida di Yaman merupakan “ancaman yang mengkhawatirkan” karena organisasi itu memiliki “pengebom-pengebom yang berbakat” dan sepertinya akan bergerak cepat dan tidak menghabiskan begitu banyak waktu untuk merencanakan serangan-serangan seperti jaringan al-Qaida lebih luas lainnya.
Juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan meski inti al-Qaida telah mengecil, organisasi-organisasi afiliasi, terutama al-Qaida di Semenanjung Arab, telah menguat.
“Dan kami di Washington mengidentifikasi AQAP sebagai ancaman berbahaya selama beberapa waktu terakhir ini,” ujarnya. (AP/Reuters)
Seorang pejabat intelijen AS dan seorang diplomat Timur Tengah mengatakan bahwa pesan al-Zawahri didapat beberapa minggu lalu dan awalnya tampak seperti menyerang Yaman. Ancaman tersebut kemudian meluas dan mencakup Amerika serta situs-situs Barat lainnya di luar negeri.
Para sumber-sumber lain mengatakan bahwa meski beberapa jenis pesan antara Zawahri dan afiliasi al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP) ditangkap baru-baru ini, ada aliran data intelijen lain yang berkontribusi pada kewaspadaan keamanan tersebut.
Para pejabat AS mengatakan masih belum ada informasi mengenai target atau lokasi spesifik dari serangan potensial tersebut, namun ancaman terhadap kepentingan-kepentingan Barat belum hilang.
“Ini ancaman yang serius,” ujar anggota legislatif AS Dutch Ruppersberger kepada stasiun televisi CNN.
“Saya telah melihat data intelijen tersebut. Ancaman itu datang dari posisi-posisi tertinggi dalam al-Qaida. Dan terutama fokus pada Semenanjung Arab, Yaman dan wilayah-wilayah semacam itu.”
ABC News pada Senin melaporkan bahwa seorang pejabat senior AS mengatakan pihak-pihak berwenang “secara panik mencari” bom-bom kendaraan yang ingin digunakan al-Qaida untuk mengebom kedutaan besar AS di Yaman dan kemungkinan kedutaan-kedutaan lainnya.
Kedutaan Yaman di Washington sendiri telah mengeluarkan pernyataan berisi daftar 25 teroris paling dicari yang dikatakan merencanakan operasi di ibukota Sanaa. Kedutaan menawarkan hadiah bagi informasi yang akan membantu penangkapan mereka.
“Pemerintah Yaman telah mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk mengamankan fasilitas-fasilitas diplomatik, fasilitas-fasilitas vital dan aset-aset strategis,” menurut pernyataan tersebut.
Bruce Riedel, mantan pejabat agen rahasia CIA dan sekarang memimpin the Brookings Intelligence Project di Washington, mengatakan bahwa komunikasi antara al-Qaida dan afiliasinya tidak berarti AQAP menerima perintah dari Zawahri.
“Ini menunjukkan bahwa inti al-Qaida masih menjalankan mesin teror global. Ini gambaran yang kompleks,” ujarnya.
“Zawahri tidak selalu mendapat apa yang ia cari namun ia belum dapat tersanggah sebagai pewaris bin Laden.”
Daniel Benjamin, mantan pejabat antiterorisme Kementerian Luar Negeri AS yang sekarang mengajar di Dartmouth College, mengatakan bahwa afiliasi al-Qaida di Yaman merupakan “ancaman yang mengkhawatirkan” karena organisasi itu memiliki “pengebom-pengebom yang berbakat” dan sepertinya akan bergerak cepat dan tidak menghabiskan begitu banyak waktu untuk merencanakan serangan-serangan seperti jaringan al-Qaida lebih luas lainnya.
Juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan meski inti al-Qaida telah mengecil, organisasi-organisasi afiliasi, terutama al-Qaida di Semenanjung Arab, telah menguat.
“Dan kami di Washington mengidentifikasi AQAP sebagai ancaman berbahaya selama beberapa waktu terakhir ini,” ujarnya. (AP/Reuters)