Lahir dan besar di tengah keluarga dokter membuat Roandra Fabrizio, (Zio) memilih Fakultas Kedokteran sebagai satu-satunya pilihan dalam SNBT 2023. Alumni SMA Negeri 1 Yogyakarta ini mengaku sejak kecil ingin menjadi dokter.
“Memang ini didukung keluarga, tapi menjadi dokter memang sudah cita-cita. Mungkin karena keluarga saya itu sudah lingkungannya dokter,” kata Zio.
Kepada VOA, Zio mengaku, eyangnya, kedua orang tua, kakak sekandung bapak ibunya, dan sejumlah sepupunya saat ini beprofesi sebagai dokter. Tidak mengherankan, seluruh proses masuk perguruan tinggi dia ikuti dengan satu tujuan saja, Fakultas Kedokteran.
Dalam SNBT 2023, Zio berharap diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, atau Universitas Sebelas Maret, Solo. Dia juga berusaha melalui jalur lain, yaitu International Undergraduate Program (IUP), juga di Fakultas Kedokteran UGM. Ibaratnya, seluruh jalur yang tersedia ditempuh demi mewujudkan cita-cita menjadi dokter.
Zio adalah satu dari 803.853 peserta yang mendaftar pada SNBT 2023. Dalam ujian seleksi, Zio dan seluruh peserta mengerjakan soal-soal dalam model baru, yang diterapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Model Soal Berbeda
Ketua Umum Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) Prof. Mochamad Ashari mengatakan materi tes tahun ini berbeda dari tahun lalu.
“Materi yang dikerjakan oleh anak-anak kita itu TPS, tes potensi skolastik. Kemudian ada literasi bahasa Indonesia, literasi dalam bahasa Inggris, dan penalaran matematika,” kata Ashari, dalam konferensi pers di kampus Universitas Padjajaran, Bandung, yang menjadi pusat pemantauan kegiatan SNBT 2023.
Kemendikbudristek memang menerapkan pola baru dalam ujian masuk perguruan tinggi negeri melalui tes nasional ini. Meski siswa mempelajari mata pelajaran seperti matematika, fisika, biologi, ekonomi atau sejarah di kelas selama sekolah, namun untuk masuk perguruan tinggi negeri, materi ujian diganti seperti dijelaskan Ashari di atas.
Ashari, yang juga Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya ini merinci, tes skolastik, menekankan pada pengukuran kemampuan kognitif yang dianggap penting bagi keberhasilan mahasiswa di perguruan tinggi. Kemampuan kognitif adalah kemampuan manusia sejak lahir, berupa kemampuan logika dan bernalar. Tes skolastik tidak mengujikan kemampuan hafalan dan akademik.
“Melalui tes ini, kita bisa mendeteksi apakah anak-anak itu punya potensi kognitifinya bagus. Logikanya kalau bagus dia akan mampu dalam situasi apa pun,” tambah Ashari.
Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbudristek, Profesor Tjitjik Sri Tjahjandarie, menyebut model tes ini adalah konsekuensi dari penerapan Kurikulum Merdeka.
“Di dalam proses seleksi nasional berbasis tes ini, di tahun ini kita memang mengupayakan materi untuk betul-betul tidak didasarkan hanya pada kemampuan keilmuan siswa, tetapi lebih pada potensi yang dimiliki oleh calon mahasiswa atau peserta,” kata Tjitjik.
Tes ini digunakan untuk mengukur keberhasilan calon mahasiswa mengambil berbagai mata kuliah hingga menyelesaikan studinya.
“Kalau sekadar pintar hapalan, begitu diarahkan ke tantangan keilmuan yang kompleks, dia belum tentu bisa survive. Tes potensi skolastik mengukur kemampuan penalaran dan analisis. Kalau tinggi diharapkan dia dapat menyelesaikan studinya dengan baik,” tambah Tjitjik.
Tes literasi ditekankan pada pemahaman siswa terkait bahasa dan kemampuan menarasikan pikirannya. Sedangkan matematika mengujikan sejauh mana kemampuan penalaran siswa di bidang matematika yang direpresentasikan melalui penalaran dasar.
“Kami menjamin obyektivitas dan akuntabilitas,” tegas Tjitjik.
Di Yogyakarta, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Arie Sujito juga menegaskan komitmen untuk memfasilitasi seluruh peserta secara baik. UGM juga berkomitmen menjunjung integritas dengan mengantisipasi adanya tindakan kecurangan dalam pelaksanaan ujian.
“Jadi, kita mengupayakan langkah untuk mendeteksi kecurangan melalui pemeriksaan pada seluruh peserta sebelum memasuki ruang ujian. Hal ini dilakukan untuk membangun kepercayaan di awal bahwa ujian diselenggarakan secara profesional,” kata Arie.
Tiga Jalur Masuk
Ada tiga jalur seleksi yang bisa diikuti lulusan sekolah menengah di Indonesia untuk masuk ke perguruan tinggi. Pertama adalah jalur prestasi, dimana siswa masuk berdasar nilai yang diperolehnya selama menempuh pendidikan di sekolah menengah. Sebanyak 143.805 calon mahasiswa sudah diterima di 137 perguruan tinggi negeri se-Indonesia, dalam pengumuman yang disampaikan pada 28 Maret 2023.
Jalur kedua, adalah SNBT yang saat ini sedang berlangsung. Menurut data panitia nasional penerimaan mahasiswa baru, jalur ini diikuti oleh 803.853 peserta, dengan tes berbasis komputer diselenggarakan 8-14 Mei dan 22-28 Mei di 74 lokasi. Ada 203.980 kursi perguruan tinggi yang diperebutkan oleh seluruh peserta dalam SNBT kali ini.
Jalur terakhir adalah seleksi mandiri, yang diselenggarakan oleh masing-masing perguruan tinggi negeri, pada sekitar pertengahan tahun 2023. Setiap tahun, ada sekitar dua juta mahasiswa baru di Indonesia, dengan hanya 680 ribuan yang memperoleh bangku perguruan tinggi negeri. [ns/lt]
Forum