Jajak pendapat umum mengindikasikan pidato kenegaraan atau State of the Union (SOTU) pertama Presiden Donald Trump secara umum mendapat respon positif. Presiden menekankan tentang persatuan dan sikap bipartisan dalam pidatonya. Pidato tersebut menyenangkan banyak anggota partai Republik, tetapi membuat para anggota Demokrat skeptis mengenai niat Trump yang sesungguhnya dan kelanjutannya kelak.
Setelah tahun pertama menjabat yang penuh gejolak, Presiden Trump memanfaatkan SOTU atau pidato kenegaraannya untuk mengeluarkan imbauan bersatu di hadapan sidang gabungan Kongres dan para penyimak di seluruh dunia.
"Kita semua, bersama-sama, sebagai satu tim, satu bangsa dan satu keluarga Amerika dapat melakukan apapun. Kita semua berbagi rumah yang sama, perasaan yang sama, nasib yang sama dan bendera hebat Amerika yang sama,” kata Presiden Trump.
Kalangan Republik menyambut baik pidato bernada lebih lunak dan imbauan presiden bagi dukungan bipartisan, termasuk dari anggota Kongres Brian Fitzpatrick.
"Ia berbicara mengenai cuti medis keluarga yang dibayar. Ia berbicara mengenai prasarana, mengenai pelatihan tenaga kerja. Ia berbicara mengenai opioid. Semua ini adalah isu-isu bipartisan dan saya sangat, sangat gembira ia mengatakan itu,” jelasnya.
Tetapi sepanjang pidato Trump, para anggota fraksi Demokrat kerap tidak ikut bertepuk tangan. Ini mengisyaratkan keraguan mengenai ketulusan Trump.
Banyak anggota Demokrat juga mempertanyakan apakah presiden benar-benar bersedia berkompromi mengenai masalah imigrasi. Di antaranya adalah anggota DPR Jim McGovern. "Pandangan-pandangan presiden mengenai imigrasi sangat ekstrem. Ini menarik untuk pendukung intinya yang rasis, fanatik dan picik,” katanya.
Hasil jajak pendapat segera setelah pidato kenegaraan Trump menunjukkan pidato presiden yang bernada lebih lunak itu setidaknya efektif pada awalnya.
Pertanyaannya adalah akankah ini bertahan lama?
Analis John Hudak dari lembaga kajian kebijakan publik Brookings Institution di Washington DC mengatakan, "Jika presiden benar-benar menginginkan perubahan sikap, ia akan perlu menunjukkan perilaku itu, lebih dari hanya satu setengah jam pada suatu malam pada bulan Januari. Ia harus terus melanjutkan hal tersebut dan kami tidak memiliki bukti bahwa Donald Trump memiliki kemampuan untuk mengubah perilakunya, bukan hanya dalam jangka panjang tetapi bahkan dalam jangka menengah.”
"Sekarang terserah Trump apakah ia akan membangun momentum dari pidatonya," kata Jim Kessler dari lembaga kajian kebijakan publik lainnya di Washington DC, Third Way.
"Ya, ia seharusnya mendapat peningkatan dukungan dengan pidato kenegaraannya. Ini terjadi pada hampir semua presiden lainnya. Pertanyaannya adalah, berapa lama ini akan bertahan? Berapa lama efek positif pidato ini akan bertahan? Berapa lama ini akan berakhir? Apakah ini akan membantunya selama tujuh hari atau apakah ini akan membantunya untuk tujuh bulan?,” lanjutnya.
Pidato Trump menyisakan sedikit keraguan bahwa basis politiknya masih setia kepadanya.
Tantangan yang dihadapi presiden sekarang ini adalah menemukan cara untuk memperluas dukungan baginya mengingat tingkat dukungan yang sangat rendah dalam sejarah. [uh/lt]