Warga Iran, Jumat (18/6), memberikan suara dalam pemilihan presiden, tetapi kali ini ditandai dengan partisipasi pemilih yang rendah.
Kantor berita Fars melaporkan 37% dari 59 juta pemilih yang berhak memberikan suara, angka ini tercatat pada pukul 19.30 waktu setempat, dan masih ada empat setengah jam lagi sebelum TPS ditutup secara resmi. Belum ada konfirmasi segera dari kementerian dalam negeri Iran yang mengelola pemilihan ini.
Analis mengatakan, sebagian besar pemilih yang berhak tampaknya kecewa dengan penguasa Islamis yang salah urus ekonomi Iran, serta dihadapkan pada sanksi Amerika, pandemi berkepanjangan, serta korupsi.
Unggahan Iran di media sosial menunjukkan TPS-TPS di seluruh negara tidak didatangi banyak pemilih. TV pemerintah memperlihatkan memperlihatkan antrian pemilih di beberapa lokasi sementara tokoh-tokoh politik menyemangati orang-orang agar memberikan suara, mulai dari Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khamenei sampai ke Presiden Hassan Rouhani yang akan meninggalkan jabatan, serta juga kandidat presiden Ebrahim Raisi, seorang hakim ultra-konservatif dan calon yang didukung Khamenei serta diduga akan dengan mudah memenangkan pemilihan ini.
Dewan Pengawas Iran, badan pengawas konstitusional yang ditugaskan untuk menyetujui kandidat, hanya meloloskan Raisi dan enam pendukung Khamenei lainnya, namun kurang dikenal, untuk bersaing dalam pemilihan. Akibatnya ratusan calon lainnya termasuk beberapa politisi terkemuka yang setara dengan Raisi.
Diskualifikasi mereka menyebabkan kampanye selama berminggu-minggu oleh pengecam Khamenei baik di dalam maupun di luar negeri yang menyerukan boikot pemilihan yang mereka gambarkan sebagai pemilihan yang palsu. [jm/pp]